Lamanya Antri Berhaji, Apakah Umroh Lebih Utama?

Diposting pada

Di masa sekarang, orang pergi ke Baitullah bisa dengan berbagai cara. Umroh menjadi alternatif yang cukup diminati banyak orang. Selain antrian yang tidak selama antrian haji, biaya yang lebih sedikit dan waktu yang cukup singkat, umroh dipilih sebagian orang untuk segera pergi ke Baitullah. Lantas apakah umroh menjadi lebih utama? Apa perbedaan umroh dan haji?

Haji adalah rukun islam yang kelima, berkaitan dengan kesempurnaan muslim. Sedangkan umroh, digemari lebih kepada pahalanya. Orang yang sudah umroh, pahala umroh berikutnya dapat menghapus dosa-dosa sebelumnya. Orang pergi umroh, pertama dikarenakan ada banyak tempat-tempat mustajab untuk berdoa. Kedua, ingin berziarah ke makan Nabi.

“Haji lebih utama sebab haji merupakan bagian dari rukun islam. Umroh hanya alternatif lain untuk datang ke rumah Allah”, ujar Ustaz Tajul.

Banyak ikhtiar-ikhtiar “pintar” yang dilakukan orang-orang untuk berhaji. Misalnya, orang-orang memilih umroh di musim terakhir. Lalu mereka menghilang dari rombongan. Kalau sudah seperti itu, pihak yang dirugikan adalah travel agen. Mereka kena suspend dari Kerajaan dan membayar beberapa Real atau dolar. Contoh lain, ketika sedang studi di luar negeri lalu orang itu berangkat haji dari Negara itu, bukan dari Indonesia.

Berangkat ke baitullah bukan perkara uang, tetapi pergi ke sana adalah jawaban ruhaniah ketika Nabi Ibrahim memanggil. Ustaz Tajul menjelaskan bahwa setelah Nabi Ibrahim selesai membangun Ka’bah, Allah memerintahkan untuk memanggil seluruh umat manusia untuk mendatanginya, tetapi, kata Ibrahim suaranya tidak akan sampai. Maka Allah yang akan menyampaikan.

“Di situlah, ada ruh-ruh kita yang bahkan belum dapat jasadnya akan menjawab. Siapa yang menjawab saat itu maka mereka akan berangkat”, jelas Ustaz Tajul.

Umroh pun bukan perkara uang. Bisa saja tiba-tiba  dipilih untuk berangkat. Bukan masalah rencana. Tapi paling tidak ditanamkan dalam hati manusia minimal  memiliki niat untuk berangkat haji.

Umroh semakin marak dan bahkan sebagai tren, ia tidak dapat diingkari. “Tidak perlu kita suudzon, bisa jadi niatnya memang beribadah walaupun kenyataannya lebih banyak belanjanya daripada beribadah”, kata Ustaz Tajul.

Dalam menyikapi fenomena tersebut, seharusnya hal itu dikembalikan lagi ke diri masing-masing bahwa hal tersebut merupakan urusan pribadi dengan Allah. Apapun jalan dan caranya, orang itu sudah sampai ke Baitullah. Tiap-tiap orang memiliki konsekuensi dari perilakunya.

“Barang kali saat di sana, mereka yang mengikuti tren tersebut memiliki niat yang lebih baik daripada orang yang dari awal memang berniat untuk beribadah,” terang beliau.

Berangkat haji memang perlu biaya yang tidak sedikit. Tapi, dengan haji regular bisa dicicil. Sambil menunggu antrian, bisa kita berangkat umroh dahulu. membahas haji berbeda dengan membahas umroh. “Sudah bab yang lain, ketentuan yang lain. Pahalanya juga lain, biayanya juga. Orang yang haji atas daya tariknya sendiri itu sudah luar biasa”, imbuh Ustaz yang mengasuh Majelis Al Intifa tersebut.

Sebagai santri, yang dapat kita lakukan adalah menabung. Paling tidak, menabung niat terlebih dahulu. Wasilah untuk berangkat itu bermacam-macam dan seringkali tidak terduga. Yang perlu kita lakukan adalah tetap ikhtiar dan berdoa supaya bisa sampai ke Baitullah. Amin.