Lebaran di Pondok: Ngalap Berkah dari Para Kiai

Diposting pada

Hari Raya Idulfitri menjadi momen yang penting dan paling ditunggu oleh seluruh umat muslim. Momen hari raya ini digunakan untuk saling memaafkan serta menuju hal baik dan baru dalam kehidupan. Meski sejatinya saling memaafkan bisa dilakukan kapanpun, namun momen ini juga merupakan hari kemenangan bagi seluruh muslim. Kemenangan yang dicapai yaitu berhasilnya menahan hawa nafsu melalui puasa. Hari kemenangan ini dirayakan dengan penuh suka cita, diiringi perasaan legawa untuk saling memaafkan, serta harapan  kembali pada fitrah diri.

Tradisi khas Idulfitri adalah mudik atau pulang ke kampung halaman. Tidak sedikit masyarakat yang memiliki kehidupan jauh dari kampung halaman. Sebagai mahasiswa, misalnya yang harus menempuh studi di kota-kota besar. Ada juga yang memiliki pekerjaan di luar daerahnya. Hingga ada yang pindah karena faktor suami atau istri yang tinggal di daerah yang jauh dari orang tua. Tidak ketinggalan, para santri yang menimba ilmu di pondok pesantren, juga melakukan tradisi ini. Tujuannya adalah satu, yaitu melepas rindu sekaligus menyambung kembali silaturahim yang terjeda oleh jarak.

Tidak semua orang melakukan  tradisi mudik. Termasuk para santri, ada beberapa yang memilih mukim di pondok saat hari raya Idulfitri. Mukim artinya tinggal di pondok saat hari raya Idulfitri. Pertanyaan yang biasa dilontarkan, kenapa memilih mukim? Atau apa alasan mukim di pondok ?

Ada beberapa alasan kenapa santri memilih mukim. Salah satunya adalah karena kampung halaman yang jauh menyeberangi laut dan sebagainya. Ada juga yang beralasan tidak pulang sebelum pintar mengaji sehingga baru pulang saat sudah lulus nanti. Pada dasarnya, alasan mukim atau tidak pulang itu tidak akan kuat jika tidak dilandasi oleh rasa hormat kepada kiai atau nyai sebagai figur teladan yang dipatuhi dan dita’dzimi.

Merayakan Idulfitri di pondok tidak kalah menyenangkan dengan merayakannya di rumah bersama keluarga. Meski tidak sama, namun ada hal menarik yang membuat lebaran di pondok terasa sama membahagiakan. Bertakbiran bersama di musala pondok, salat Ied di masjid pusat bersama para masyayikh pondok yang penuh hikmat, serta bisa sungkem setelahnya merupakan energi positif yang menimbulkan perasaan bahagia.

Bagi kami, santri yang memilih mukim di pondok, memanfaatkan momen ini untuk sowan, membantu Bu Nyai membersihkan pondok, dan melayani tamu yang tidak pernah sepi. Sowan pertama adalah kepada kiai dan keluarga ndalem. Sungkem, memohon maaf serta doa kepada beliau-beliau. Kemudian kami berkeliling kampung sowan ke masyayikh dan dzurriyah pondok pesantren serta tak lupa bertamu ke rumah warga sekitar pondok.

Hal yang berbeda dan menarik saat mukim di pondok yang kami rasakan adalah dengan jumlah santri mukim yang jauh lebih sedikit dari biasanya, kita dapat lebih banyak melakukan sowan-sowan kepada masyayikh dan dzurriyah pondok. Sowan yang dilakukan bisa lebih intens karena masih dalam suasana Idulfitri yang sangat kental dan mendapatkan hikmah serta doa beliau secara langsung. Kesempatan inilah yang menjadikan mukim berbeda serta jarang didapatkan oleh santri pada umumnya. Tidak ada harapan bagi kami, selain rida dari para guru dan semoga keikhlasan selalu memenuhi jiwa kita.  Aamiin.

Oleh: Dina Nasicha