Rabu (19/10) Pondok Pesantren Almunawwir Komplek Q gelar malam puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Acara ini dilaksanakan setelah isya di musala barat komplek Q dengan menghadirkan Gus Faik Muhammad, ustad sekaligus pengasuh komplek Nurussalam sebagai pengisi ceramah.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. kali ini diawali dengan penampilan hadrah Tsamrotul Muna. Kegiatan ini dipimpin oleh saudari Ria Audina sebagai pembawa acara (MC) dan dimeriahkan oleh seluruh santri Komplek Q
Dalam ceramahnya, Gus Faik menyampaikan bahwa saat membaca salawat kepada Rasulullah hendaklah disertai dengan rasa cinta, tidak hanya membaca dengan lisan tetapi juga menghadirkan Baginda Nabi di dalam hati. Gus Faik juga menjelaskan menghadirkan rasa tidak hanya dilambangkan dengan air mata, tetapi benar-benar mengisi kepala dan hati dengan kehadiran Rasulullah saw.
Gus Faik juga memberikan beberapa resep agar salawat yang dibaca bisa sampai kepada Baginda Nabi, yaitu dengan membersihkan hati, bertawasul kepada orang-orang alim, menumbuhkan rasa, dan membaca salawat secara istiqamah. Gus Faik juga menekankan bahwa sebelum mencintai nabi seseorang harus terlebih dahulu bisa merasakan cinta.
“Bagaimana mungkin kalian bisa mencintai Rasulullah sebelum kalian bisa mencintai seseorang. Cinta kepada nabi itu levelnya lebih berat. Jika kamu pernah mencintai seseorang setidaknya kamu sudah bisa merasakan sedemikian persen cinta kepada Nabi Muhammad saw.” Ucap Gus Faik dalam ceramahnya.
Di tengah-tengah ceramah, Gus Faik mengajak para santri untuk melantunkan salawat Yā Wāridal Unsi dan Alfa Salallāh bersama dengan diiringi alunan hadrah Tsamrotul Muna. Harapannya salawat tersebut mampu menghadirkan Baginda Nabi Muhammad di tengah-tengah majelis maulid yang sedang berlangsung. Tak hanya itu, Gus Faik juga mengajak para santri untuk mengingat sosok ibu dengan melantunkan lagu Ummāh diiringi oleh grup hadrah Tsamrotul Muna.
Bagi Gus Faik, berbicara tentang maulid ‘kelahiran’ tak lepas dari peranan seorang ibu, karena setiap anak lahir ke dunia selalu melalui seorang ibu sehingga sudah sepantasnya para santri untuk selalu mengingat ibunya dimanapun berada. Akan tetapi, Gus Faik menambahkan bahwa rasa cinta terhadap Baginda Nabi harus lebih besar dari rasa cinta terhadap orangtua.
“Ketika kita bisa menghadirkan Rasulullah di hati kita lebih dari ketika kita menghadirkan orangtua kita, maka jalan untuk berjumpa dengan rasulullah akan terbuka.”
Di akhir ceramah, Gus Faik kembali menekankan pentingnya menghormati dan mematuhi orangtua terutama seorang ibu.
“Selama kita masih berani kepada ibu kita, maka kita akan sangat sulit bertemu Baginda Nabi.” Terangnya.
Gus Faik menutup ceramahnya dengan mahalul qiyam bersama seluruh santri dan acara pun ditutup dengan bacaan hamdalah bersama-sama dengan dipimpin MC.
Oleh: Ghoniyya, Dewi Hab
Foto: Dokumentasi pribadi