Beberapa waktu yang lalu, pada era kepemimpinan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, status Hagia Sophia sebagai museum resmi dicabut. Sejak saat itu, bangunan bersejarah tersebut yang berada di Istanbul, Turki ramai diperbincangkan. Tahukah kalian bahwa kota yang saat ini kita kenal bernama Istanbul, beribu tahun yang lalu mempunyai sebutan lain yakni Konstantinopel?
Dibalik kemegahan dan kecantikan kota Istanbul yang menawan, membuat kita mengingat-ingat fakta sejarah bagaimana kota itu dapat ditaklukkan oleh seorang pemimpin/sultan yang masih berusia relatif muda. Salah satu nama yang berpengaruh dalam perjalanan sejarah umat Islam, beliau adalah Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih yang merupakan pangeran dari Kerajaan Ustmaniyah. Beliau merupakan keturunan langsung dari Sultan Murad II yang dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Kerajaan Ustmaniyah di kala itu.
Sebelum ditaklukan oleh Sultan Mehmed II, Konstantinopel merupakan daerah penting dari Romawi Timur yang didirikan oleh Kaisar Byzantium Canstantine I. Sejak mendapatkan mandat sebagai pemimpin, Mehmed II telah memfokuskan diri melakukan misi untuk mengatur rencana penyerangan dan strategi perang yang berkaitan dengan agenda perluasan wilayah ke Konstantinopel yang selalu gagal diwujudkan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Hal ini juga tidak terlepas dari hadis Nabi saw.
لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ، فَلَنِعْمَ الأَمِيرُ أَمِيرُهَا، وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ
“Sungguh Kostantinopel akan dibebaskan, sebaik–baik amir adalah amirnya dan sebaik–baik pasukan adalah pasukan tersebut.”
Hadis ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Al Hakim dalam Al Mustadrak menyatakan hadis ini sahih menurut syarat Bukhari dan Muslim dan disepakati oleh adz-Dzahabi, juga dikeluarkan oleh Al Haitsami, Abu Nu’aim, Ibnu Abi Syaibah, Al Bazzar dan At Thabrani.
Setelah persiapan dirasa cukup, membuat beberapa kebijakan strategis khususnya dalam bidang militer dan politik luar negeri. Dimulailah pengepungan Konstantinopel oleh Sultan Mehmed II, pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak awal. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Byzantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di Semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Byzantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut. Akibat bombardir benteng yang tak kunjung berhasil, pasukan Ustmani pun diliputi perasaan kecewa hingga ingin menyerah.
Meskipun tidak mudah melawan kekaisaran Byzantium, dengan keberanian dan keyakinan yang kuat, Mehmed II akhirnya menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ia menarik kapalnya keluar Selat Bosporus naik ke darat dan meluncurkannya kembali menuju Teluk Tanduk Emas. Sultan Mehmed II menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Pada pagi hari, Byzantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Mehmed II dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. Tujuh puluh kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar. Menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi. Hingga pada tahun 1453 Masehi, tepatnya tanggal 20 Mei, Konstantinopel secara de facto dapat direbut oleh kaum muslimin sebagai bagian dari peradaban Islam yang kini beralih nama menjadi Istanbul.
Penaklukan tersebut berimplikasi pada perubahan status Hagia Sophia menjadi masjid yang semula adalah sebuah bangunan gereja yang megah bagi kaum kristen ortodoks. Menurut catatan sejarah, bangunan Hagia Sophia dibeli dengan uang pribadi Sultan Mehmed II sehingga bisa dikatakan bangunan tersebut merupakan peninggalan sejarah yang menjadi warisan turun temurun dari Mehmed II sang penakluk. Namun, seiring pergolakan kekuasaan politik di Negara Turki dan adanya pergantian rezim, Hagia Shopia sempat difungsikan sebagai museum selama 85 tahun. Hingga akhirnya pada tanggal 10 Juli tahun 2020, status fungsi Hagia Shopia dikembalikan menjadi masjid yang merupakan langkah maju dalam melanjutkan wasiat Muhammad Al Fatih.
Oleh: Tasya Nailul Fikriya
Sumber:
Gambar oleh Wikipedia