Foto: Dokumentasi Komplek Q
Foto: Dokumentasi Komplek Q

Meneropong Fadilah Menghadiri Majelis Ilmu

Diposting pada

Hal yang lazim dialami setiap murid di saat gurunya sedang menyampaikan penjelasan, ia justru tidak memahaminya sama sekali, bahkan setelah ia mencoba mengingat dan mengulang penjelasan gurunya, tetap saja tak kunjung paham. Meskipun ada sebagian murid dapat memahaminya seusai mereka meminta penjelasan ulang dari temannya, bukan berarti murid lainnya mampu mengatasinya dengan hal yang serupa.

Terlepas murid tersebut kelak mengerti pada waktunya, yang jelas secercah semangatkeinginan belajar dalam dirinya mengekspresikan bahwa realitas hidup bukanlah suatu hambatan. Satu kesulitan yang ia hadapi dengan ikhlas akan menuai pahala. Terlebih jika seorang murid yang mengalami berbagai kesulitan dalam belajar dan memahami ilmu, kemudian ia hadapi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, maka baginya telah memperoleh limpahan pahala yang tiada tara.

Di samping itu, keinginan belajar seorang murid yang ia genggam menuju majelis ilmu (tempat belajar) merupakan nilai kebaikan tersendiri, lebih baik dibanding seorang murid yang memiliki intensitas semangattinggi, namun ia enggan mengangkat kakinya demi melangkah menuju majelis ilmu.

Seorang bijak bestari berkata: حَرِّكْ يَدَكَ وَاللهُ يَرْزُقْ (gerakkanlah ragamu, niscaya Allah memberikanmu hasil). Sederhananya, selama seorang murid memiliki antusias belajar menuju majelis ilmu, entah ia akan mengerti penjelasan guru atau tidak, niscaya Allah akan menjamin kepadanya berupa nilai kebaikan tersendiri yang akan ia peroleh.

Senada dengan itu, Al-Faqih Abu Al-Laits (w. 373 H), ulama hadis yang kondang dari Samarkhan, juga sebagaimana yang disampaikan Abu Bakar Syatha’ dalam kitabnya Hasyiyah I’anah Thalibin (I/15), menjelaskan tentang keutamaan seorang murid yang menghadiri majelis ilmu namun ia tak mampu memahami penjelasan gurunya, ia tetap akan memperoleh tujuh keutamaan, yaitu:

Pertama, ينال فضل المتعلمين (ia akan mendapatkan fadilah sebagai orang yang belajar ilmu);

Kedua, ما دام عنده جالسا كان محبوسا عن الذنوب والخطايا (selama ia duduk di majelis ilmu, ia akan senantiasa terhindar dari dosa dan kesalahan);

Ketiga, اذا خرج من منزله نزلت عليه الرحمة (di saat ia keluar dari rumahnya, rahmat turun kepadanya);

Keempat, اذا جلس عنده نزلت الرحمة على العالم فتصيبه ببركته (di saat ia duduk, rahmat turun kepada gurunya, lalu ia akan memperoleh keberkahannya).

Kelima, تكتب له الحسنات ما دام  مستمعا (ditulis baginya kebaikan-kebaikan selama ia masih mendengarkan gurunya);

Keenam, تحفهم الملائكة بأجنحتهم وهو فيهم (Malaikat akan menaunginya dengan sayap-sayapnya, sementara ia berada di dalamnya);

Ketujuh, كل قدم يرفعها ويضعها تكون كفارة للذنوب ورفعا للدرجات وزيادة في الحسنات (setiap langkah-langkahnya dapat menghapus dosa-dosa, mengangkat derajat, dan menambah kebaikan).

Adalah ketujuh keutamaan di atas diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu memahami penjelasan gurunya baik secara langsung ataupun tidak. Sedangkan mereka yang diberikan pemahaman tatkala guru menjelaskan, ia akan mendapatkan tujuh keutamaan tersebut berkali-kali lipat.

Demikianlah keutamaan seseorang yang menghadiri majelis ilmu akan senantiasa memperoleh kebaikan-kebaikan, sekalipun ia hanya ngaji kuping (sebagai pendengar saja), tidak berpikir kelak ia akan memahaminya atau tidak, bukanlah suatu hambatan.

Ditegaskan pula dalam redaksi hadis yang berbunyi:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى الصَّنْعَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ رَجَاءٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الوَلِيدُ بْنُ جَمِيلٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا القَاسِمُ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ البَاهِلِيِّ، قَالَ: ذُكِرَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاَنِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالآخَرُ عَالِمٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الخَيْرَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdil A’la al-Shan’ani, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Salamah bin Raja’ ia berkata: telah menceritakan kepada kami al-Walid bin Jamil, ia berkata: telah menceritakan kepada kami al-Qasim Abu Abdirrahman, dari Abi Amamah al-Bahili, ia berkata: diceritakan kepada Rasulullah Saw. tentang dua laki-laki, yang satu ahli ibadah, yang satunya ahli ilmu. Lalu Rasulullah Saw. bersabda: Keutaman seorang ahli ilmu di atas seorang ahli ibadah seperti keutamaanku atas seorang yang paling rendah dikalangan kalian semua (Sahabat). Kemudian Rasulullah melanjutkan: “Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi, bahkan semut yang ada dalam sarangnya, sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (HR. Tirmidzi no. 2609, Imam Tirmidzi berkata: hadis ini hasan gharib sahih).

Dalam Al-Qur’an pula, Allah menjelaskan berulang-ulang kali tentang agungnya keutamaan ilmu, diantaranya firman Allah surat az-Zumar [39] 9-10:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ ۞  قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ ۞

“Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Demikian, jika saja keterangan-keterangan mengenai fadilah ilmu digali secara mendalam, baik dari Al-Qur’an, Hadis, atau kitab-kitab Ulama salafus-shalih, tentu banyak sekali. Mereka, para Ulama yang berupaya dengan ijtihadnya telah memperinci dan mengkategorikan bab fadilah ilmu ke dalam satu pembahasan khusus. Hal ini menggambarkan kepada kita semua betapa tingginya keutamaan ilmu.

Acap kali, kita semua melalaikan hal yang begitu agung, padahal hanya sekedar duduk di majelis ilmu, lalu diam dan mendengarkan, entah kenapa hal itu terasa amat berat untuk dilakukan. Bahkan sepintas pikiran buruk membisiki “tenang saja, penjelasan beliau—para guru—dapat kita dengarkan atau saksikan melalui alat genggam yang disiarkan”. Ya, yang dimaksud adalah melalui media online baik secara live maupun non-live.

Apakah hal yang demikian dapat mereduksi makna dari hudhur majlis ‘ilm  (menghadiri majelis ilmu)? Terlepas dari itu, seyogyanya seorang murid yang memang memiliki ‘alaqoh (keterikatan) dengan gurunya, artinya ia memiliki kesempatan untuk menghadiri majelis ilmu secara langsung, alangkah baiknya langkah yang ia hentakan ke bumi menuju majelis ilmu, sungguh merupakan perbuatan yang mulia.

Pendek kata, semoga dengan penjelasan ini, bisa menjadikan sarana agar kita senantiasa mengingat keutamaan menghadiri majelis ilmu, serta senantiasa belajar menata hati agar mampu beramal dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Puncak harapannya adalah amal yang kita lakukan dalam rangka menimba ilmu, semoga menjadi wasilah kita menuju rida Allah Swt. Aamiin.

Oleh: Irfan Fauzi
(Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga & Santri PP. Al-Munawwir)

Gambar: Dokumentasi pribadi Komplek Q

Referensi:

Raudhah al-Muttaqin fi Mash’unah Rabb al-‘Alamin, M. Abdul Lathif ibn Abdul Aziz ibn Firisytah al-Hanafi, 306. DKI. Beirut.Hasyiyah I’anah Thalibin, Abu Bakar Syatha’, I/15, Haramain.