Menghafal Al-Qur’an? Mengikuti Trend atau Panggilan Tuhan

Diposting pada

Pada dasarnya menghafal Alquran adalah amalan ibadah yang bagus, sebagai salah satu bentuk interaksi kita kepada Allah SWT dengan Alquran sebagai firman-Nya. Banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang keutamaan menghafal Alquran.

Fenomena yang ngetrend sekarang ini banyak orangtua yang menginginkan anak-anaknya untuk menjadi penghafal Alquran ditambah obsesi masyarakat dengan tayangan acara TV bulan ramadan seperti musabaqoh hifdzil quran, yang menampilkan anak usia sekolah dasar mampu menghafal Alquran dengan jumlah juz sekian-sekian. Tidak bisa dipungkiri sekarang ini banyak sekali asrama tahfiz berjamuran di sana-sini, motivasi orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi penghafal Alquran secara umum adalah adanya keinginan melihat anak-anaknya dapat menghafal Alquran  seperti anak-anak yang lain, bisa saja jika orangtua sudah menjadi penghafal Alquran ada keinginan nanti anak-anaknya dapat melanjutkan sebagai penghafal Alquran.

Pada usia anak-anak yang cenderung belum stabil diharapkan peran orangtua untuk selalu mendampingi anaknya dengan menyampaikan di awal belajar untuk meluruskan niat, dengan niat dan tujuan untuk mendapatkan keuntungan akhirat bukan berarti tidak boleh mendapatkan keuntungan dunia. Seperti beasiswa pendidikan untuk penghafal Alquran, apakah diperbolehkan? boleh tidaknya tergantung kepada pribadi masing-masing namun perlu diingat bahwa keutamaan Allah SWT itu luas sedangkan kenikmatan dunia itu sangatlah terbatas. Maka, tidaklah patut jika tujuan menghafal hanya untuk mendapatkan kenikmatan dunia semata.

Kewajiban kita sebagai seorang muslim terhadap kitab suci Alquran adalah membacanya dengan baik dan benar dalam konteks makhorijul huruf, tajwid, dan ilmu qiraat yang lain. Hukum dari membaca Alquran dengan baik dan benar adalah Fardlu ‘Ain, sedangkan untuk menghafalkan Alquran sebagian ulama sependapat yaitu Fardlu Kifayah. Namun, setiap muslim ada kewajiban untuk menghafal Alquran pada bagian bagian tertentu seperti surah Al-fatihah yang merupakan rukun  dari sholat, sholatnya kita tidak akan pernah sah tanpa membaca Al-fatihah dengan mengikuti kaidah ushul maa laa yatimmul wajib illa bihi fahua wajib.

Perjalanan dalam menghafal Alquran tentunya tidaklah mudah, banyak duri-duri belukar yang harus disingkirkan. Ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam proses menghafal, yang pertama yaitu Alquran adalah kitab yang telah dimudahkan untuk dihafal seperti yang termaktub dalam QS Al-Qomar ayat 40

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

Yang kedua, adanya kesungguhan dan ijtihad yang kuat dalam proses penghafal. Dan ketiga, adanya taufiq dari Allah SWT. Ketiga faktor diatas merupakan keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan, maka seseorang yang berhasil menghafal Alquran adalah orang orang pilihan yang mendapat anugerah dari Allah SWT. Tugas, tanggungjawab, kewajiban serta menjaga kemuliaan Alquran jauh lebih besar daripada berbangga diri.

Orang yang menghafal Alquran harus mau hidup berbeda dengan kebanyakan orang, seperti menghindari maksiat dan menjaga agar hafalannya tetap lancar. Perlu diingat kembali bahwa menghafal Alquran adalan amalan yang bagus, anak-anak sangat perlu bimbingan arahan untuk selalu meluruskan niat. Perkara menghafal Alquran merupakan awal dari suatu keilmuan jangan pernah merasa sudah sangat pintar dengan mampu menjadi penghafal Alquran, masih sangat perlu diimbangi dengan keilmuan keislaman yang lain seperti fiqh, akhlaq, tasawuf dll dan kewajiban pula untuk mengkaji Alquran lebih dalam lagi tentang ranah keilmuan ilmu tafsir, ilmu qiraat, dll.

“Perkara menghafal Alquran itu tidak bisa diraih dengan proses yang instan” jelas Ustadz Jalil pada akhir kesempatan.

wallahua’alam

*wawancara oleh Alfiyah Diptiyasari dengan Ustadz H.Abdul Jalil Muhammad M.A