Tepat pada tanggal ini, 13 Rajab, Ali bin Abi Thalib yang bernama asli Haydar bin Abu Thalib lahir dari seorang ibu bernama Fatimah binti Asad, di mana Asad merupakan anak dari Hasyim (kakek buyut Nabi Muhammad). Peristiwa kelahiran itu terjadi 10 tahun sebelum masa kenabian Muhammad saw. Nama Haydar yang memiliki arti singa merupakan harapan dari keluarga paman nabi agar memiliki penerus yang kelak menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kaum Quraisy Mekkah. Namun demikian, Nabi Muhammad lebih senang memanggil sepupunya itu dengan nama Ali yang memiliki arti derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.
Nabi Muhammad saw. sangat senang atas kelahiran Ali bin Abi Talib, karena beliau tidak memiliki anak laki-laki sehingga kehadiran Ali menjadi hiburan tersendiri bagi beliau. Lahir dari keluarga yang uzur dan faqir membuat Ali berkesempatan diasuh dan dijadikan anak angkat oleh Nabi Muhammad bersama istri beliau, Khadijah sejak usianya masih 6 tahun. Hal ini juga sebagai bentuk balasan atas jasa Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi Muhammad dari beliau kecil hingga tumbuh dewasa.
Sebagai seorang anak asuh, Ali berkesempatan untuk selalu dekat dan belajar langsung kepada Rasulullah. Bagi sebagian kaum sufi, Ali menjadi bukti bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu yang berkaitan dengan masalah ruhani atau yang dikenal dengan istilah tasawuf yang khusus diajarkan Nabi Muhammad kepada Ali, namun tidak diajarkan kepada sahabat-sahabat atau murid-muridnya yang lain. Karena apabila ilmu syara’ atau yang berkaitan dengan hukum-hukum Islam (baik yang berkaitan dengan ibadah atau muamalah) harus diajarkan secara keseluruhan kepada umatnya, tetapi untuk masalah yang bekaitan dengan ruhani atau spiritual hanya akan diberikan kepada orang-orang tertentu sesuai kapasitasnya. Didikan langsung dari Rasulullah inilah yang membuat Ali tumbuh menjadi sosok yang sangat cerdas, berani, dan bijak.
Kecerdasan Ali ini terbukti dari sabda Rasulullah saw., “Ana madiinatul ‘ilm wa ‘aliyu baabubuha (Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya).”
Sebagai sosok yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad saw., Ali memiliki banyak keistimewaan dan karamah. Ia merupakan bagian dari golongan as-sabiqunal awwalun (orang yang pertama kali masuk Islam) karena merupakan anak kecil pertama yang masuk Islam. Selain itu, diriwayatkan dari Anas bin Malik, Ali merupakan sahabat yang paling dicintai oleh Allah.
Dikisahkan, suatu hari ada seekor burung di dekat Nabi. Beliau lalu bersabda, “Ya Allah, semoga Engkau mendatangkan kepadaku makhluk yang paling Engkau cintai, agar dia bisa memakan burung ini bersamaku,” maka datanglah Ali bin Abi Thalib yang kemudian makan bersama Nabi.
Selanjutnya, beliau juga memiliki karamah dapat menyatukan tangan yang telah terpotong. Dikisahkan oleh Fahruddin Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, yaitu Mafatih al-Ghaib, suatu hari, ada seorang muhibbin Ali bin Abi Thalib yang melakukan pencurian. Ia adalah seorang budak. Ketika dihadapkan kepada Ali, ia ditanya, “Apakah engkau mencuri?”. Ia lalu menjawab, “Benar, aku mencuri.”
Ali kemudian memotong tangan budak tersebut, dan setelah itu budak tersebut pergi jauh dari Ali lalu bertemu Salman al-Farisi dan Ibnu al-Kira (ada perselisihan dalam beberapa riwayat apakah yang ditemui Ibnu al-Kira atau Ibnu al-Kawwa’).
Ketika ditanya oleh Ibnu al-Kira mengenai siapa yang memotong tangannya, sang budak menjawab, “Yang memotong tanganku adalah Amirul mukminin, ya’subul muslimin (ya’sub: lebah jantan atau raja lebah), khatnur Rasul (menantu Rasul), dan suami Fatimah al-Batul (orang yang zuhud).” Ibnu al-Kira pun merasa heran ketika budak tersebut masih menyanjung Ali padahal Ali telah memotong tangannya. Budak itu menjawab, “Bagaimana aku tidak menyanjungnya, karena dia telah memotong tanganku dengan cara yang haq, dan telah menyelamatkan diriku dari api neraka.”
Salman yang mendengar cerita tersebut lantas bercerita kepada Ali. Ali lantas memanggil kembali budak itu dan menempelkan kembali tangan yang telah terputus kepada lengannya, lalu ditutup dengan sapu tangan. Ali lantas memanjatkan beberapa doa. Tak berselang lama, terdengar suara dari langit, “Bukalah kain itu dari tangannya.” Ketika dibuka, dengan izin Allah tangan tersebut dapat kembali seperti semula.
Demikianlah sebagian kisah hidup dan berbagai keistimewaan serta karamah yang dimiliki oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Semoga, kita senantiasa dapat mengambil ibrah dari beliau.
–
Oleh: Nur Kholifah
Sumber: islami.co dan liputan6.com
Photo by alif.id