Menjadi Manusia Yang Baik

Diposting pada

Di akhir kegiatan Program Khusus Ramadan 1444 H, KH. Dr. M. Habib Abdus Syakur, M.Ag dalam kuliah subuhnya menjelaskan tentang bagaimana untuk bisa menjadi manusia yang baik dengan betul. Mengingat, kuliah subuh kali ini yakni yang terakhir dalam PKR 1444 H dimana telah berjalannya ngaji-ngaji pada bulan Ramadan.

Kita itu ngaji agar betul-betul bisa menjadi manusia”, ujar beliau. Dalam hal ini beliau menyampaikan bahwa perlunya memahami betul seperti apa dan bagaimana untuk bisa menjadi manusia yang benar-benar manusia. Karena kata manusia itu tidak selamanya memiliki makna dan arti yang sama. Seperti yang telah disebutkan dalam al-qur’an bahwa manusia diungkapkan dalam berbagai lafadz yang memiliki makna berbeda-beda. Berikut terdapat beberapa ungkapan lafadz manusia yang disebutkan dalam al-qur’an:

An-naas

An-naas memiliki arti manusia, manusia yang berkelompok bukan manusia yang individu yakni sebagai makhluk sosial. Dalam kelompok manusia ini, harus bisa memahami dengan betul bahwa manusia itu makhluk yang berkelompok. Yang berarti manusia tidak mungkin hidup sendiri, dan pastinya sangat membutuhkan bantuan orang lain.

Bagaimana kita bisa menjadi makhluk sosial yakni dengan saling menghargai, saling membutuhkan, tidak merasa semuanya bisa dilakukan dengan sendirian. Dengan begitu, ada aturan-aturannya bagaimana hidup bersama dengan manusia. Seperti halnya dengan seorang bos tidak bisa disebut sebagai bos apabila tidak memiliki anak buah, tidak akan ada orang pintar tanpa adanya orang bodoh, dan tidak akan ada orang kaya tanpa adanya orang miskin.

Basyar

قُلْ اِنَّمَا اَنَ بَشَرٌمِّثْلُكُمْ يُوْحَى اِلَيَّ

“Katakan sesungguhnya aku (Muhammad) adalah manusia sama sepertimu, bedanya hanya satu yakni aku diberi wahyu”

Sebenarnya semua manusia di muka bumi ini adalah sama. Tetapi yang membedakan adalah bagaimana manusia tersebut dapat dalam memosisikan dirinya. Hal ini seperti yang terjadi pada seorang Nabi dan Rasul. Mereka sama seperti kita yang merupakan manusia makhluk sosial ciptaan Allah. Hanya saja yang membedakan adalah jika seorang Nabi dan Rasul diberi wahyu dan mukjizat oleh Allah.

Lafadz basyar ini konteksnya berbeda dengan an-naas. Yakni jika an-naas harus dengan usaha menjadi manusia (makhluk) sosial yang baik, sedangkan jika basyar yakni tidak perlu melakukan sesuatu sudah pasti menjadi makhluk secara biologis.

Insu (Al-Insan)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْ

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”

Lafadz insu terdiri dari huruf ء, ن, س . Bisa juga dengan lafadz annisa al-unsu yang artinya orang yang menyenangkan. Dalam al-qur’an menyebutkan lafadz al-insu dengan lafadz al-jinnu itu sebagai bentuk antonim yakni kosok balik.

اِنِّيْ جَاعِلُ فِى لْاّرْضِ خَلِيْفَة

Dan dalam al-qur’an juga disebutkan bahwa lafadz al-insan yakni manusia yang memiliki tanggungjawab dengan baik dan yang harus beribadah kepada Allah bukan hanya sosial tetapi karena khalifah (wakil Allah di bumi).

Dengan demikian maka manusia harus berhubungan baik dengan yang lain tanpa pandang bulu dan tidak membeda-bedakan sesama manusia. Dengan interaksi antar manusia ini nantinya akan menjadi makhluk yang berkembang. Yang dulunya berinteraksi hanya dengan lisan, lama-kelamaan bisa berinteraksi dengan tulisan maka inilah yang disebut dengan terjadinya peradaban dan budaya. Karenanya manusia itu makhluk dinamis yang di mana semakin hari semakin berkembang.

Manusia yang dinamis ialah manusia yang belajar. Hakikat belajar itu seperti ngaji dan hakikat belajar itu sebenarnya berusaha untuk berubah. Yang tadinya tidak mengerti akan berubah menjadi mengerti, yang tadinya tidak memiliki keterampilan akhirnya berubah memiliki keterampilan. Begitupun dengan wawasan pengetahuan dan akhlak.

Tujuannya adalah agar benar-benar bisa menjadi manusia yang memiliki hubungan baik di lingkup sosial. Kita sudah berada di masa yang hubungan masyarakat antar manusia sudah tidak ada lagi batasan. Maka dari itu, perlunya pemahaman yang lebih mendalam supaya dapat membangun hubungan yang baik antar sesama manusia. Tidak perlu membeda-bedakan, karena memang hubungan antar manusia tidak membedakan semuanya dan harus disikapi dengan sebaik-baiknya.

Disarikan dari Kuliah Subuh 07 April 2023 Program Khusus Ramadan 1444 H

Pewarta: Zia Zahra Hudaya

Foto: Dokumentasi Pribadi