Segala perbuatan maksiat hendaknya sebisa mungkin dihindari. Dalam bermaksiat yang digunakan adalah anggota badan. Padahal, anggota badan merupakan nikmat dan amanah yang diberikan kepada manusia. Mempergunakan nikmat Allah dalam bermaksiat kepada-Nya merupakan puncak kekufuran. Sedangkan berkhianat terhadap amanat yang dititipkan Allah merupakan perbuatan yang melampaui batas. Anggota badan akan menjadi saksi atas perbuatan yang kita lakukan selama hidup di bumi.
Anggota badan pertama yang harus dijaga adalah lisan. Adapun menjaga lisan dari maksiat dapat dilakukan dengan mnghindari delapan hal, yaitu berdusta, ingkar janji, ghibah, mendebat orang, mengklaim diri bersih dari dosa, melaknati sesuatu, mendoakan keburukan bagi orang lain, dan bergurau atau mengejek orang lain. Pembahasan kali ini akan mengungkap poin kempat hingga kedelapan.
Mendebat orang termasuk dalam perbuatan maksiat, apabila disertai dengan ego untuk menang dan meyalahkan pendapat orang lain. Ketika berkumpul dengan orang-orang akademisi yang cenderung suka berdebat, hal tersebut sebenarnya tidak baik menurut para ulama. Para akademisi menampakkan perdebatan ada keutamaannya sendiri dan mereka berusaha mempertahankan pendapatnya.
Perdebatan adalah sesuatu yang sebaiknya dihindari. Hal ini disebabkan karena perdebatan bukanlah sesuatu yang baik. Perdebatan menyebabkan kebencian dan kemurkaan Allah dan bertentangan dengan syariat karena bisa melukai. Orang yang berdebat cenderung melakukan apapun agar menang bahkan dengan pendapat palsu.
Hal kelima yang harus dihindari adalah mengklaim diri bersih dari dosa. Allah Swt. berfirman, “Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa” (Q.S. an-Najm: 32). Cukup Allah saja yang mengetahui baik buruknya kita, tidak perlu membela diri dan berkata bahwa kita bukan seorang pembohong.
Sikap keenam yang harus dihindari adalah melaknati sesuatu. Jangan sekali-sekali melaknat sesuatu, apapun itu: makhluk Allah, bahkan juga makanan. Rasulullah tidak pernah menghina makanan. Kalau beliau tidak suka, beliau tidak akan memakannya. Laknat akan menjauhkan dari rahmat Allah kecuali kepada sifat misalnya melaknat orang kafir itu boleh, akan tetapi jika merujuk kepada satu orang itu tidak diperbolehkan. Orang yang melaknat tidak akan memperbaiki kehidupannya.
Mendoakan keburukan bagi orang lain adalah hal ketujuh yang harus dihindari. Jika dianiaya oleh seseorang, maka serahkan urusannya kepada Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat.”
Terakhir, adalah bergurau, mengejek dan menghina orang. Gurauan merupakan awal dari permusuhan, bisa jadi dalam hati tertanam kebencian. Gurauan bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa, membuat risau dan menyakiti hati. Oleh karena itu, kita harus bisa lebih hati-hati dalam berkata dan bergurau.
Kedelapan hal tersebut merupakan musibah lisan. Hal ini akan sangat mudah kalau kita menyendiri, tidak bergaul dengan masyarakat. Akan tetapi, manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin terhindar dari kehidupan bermasyarakat. Saat ini, kedelapan hal tersebut bisa sangat mudah ditemui di media sosial. Maka satu-satunya cara agar terhindar dari musibah lisan adalah diam.
Diceritakan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. meletakan sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara keuali saat perlu saja. Beliau menunjuk lidahnya lalu berkata, “Inilah yang menjadi segala sumber bagiku. kekanglah ia sekuat tenagamu, karena ia merupakan faktor utama yang membuatmu celaka di dunia dan akhirat.”
Kita perlu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghindari musibah lisan, sebab lisan merupakan hal yang paling merusak dan hal yang paling membunuh. Lisan juga merupakan pangkal dari keburukan dunia.