Sholat Idul Fitri Santri Munawwir

Puasa: Ibadah Jasmani dan Ruhani Zakat Berkaitan dengan Pangan, Halal, dan Sampah

Diposting pada 38 views

Suasana awal Syawwal pagi ini di Krapyak terasa syahdu. Jalanan yang sejuk sisa dari hujan saat takbiran semalam. Keriuhan mempersiapkan diri berangkat sholat Idul Fitri ke Masjid Al-Munawwir, dan lalu lalang orang-orang yang berdatangan secara bertahap ke masjid megah itu. Tak seramai Krapyak pada hari-hari biasanya. Tapi inilah suasana yang menenangkan setelah melalui 30 hari bulan Ramadan.

Sholat Idul Fitri di Masjid Al-Munawwir diimami oleh KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir atau santri Krapyak lebih familiar dengan sebutan Buya Hamid. Dan khutbah oleh KH. Dr. Hilmy Muhammad Hasbullah atau santri Krapyak lebih familiar dengan sebutan Gus Hilmy. Di Masjid Al-Munawwir hadir juga beberapa dzuriyyah ahlein Mbah Munawwir yang menambah kesyahduan lebaran pagi ini (Senin, 31/03).

Sungkem Dzurriyah Munawwir

Puasa adalah Ibadah Jasmani dan Rohani

Gus Hilmy dalam khutbahnya menuturkan bahwa idul fitri ini sebagai tanda kita telah melalui dua ibadah selama berpuasa yaitu ibadah jasmani dan rohani. Ibadah jasmani adalah menahan diri dari makan dan minum, namun esensi dari puasa lebih dari sekadar hal tersebut. Esensi dari berpuasa adalah ibadah ruhani, mengekang hawa nafsu yang buruk, marah, dengki, hasud, serta sifat tercela lainnya. Menekankan pentingnya berbagi. Merasakan penderitaan orang-orang yang kekurangan dan berbagi kepada yang membutuhkan.

Zakat dan Pangan

Kemudian setelah melalui perjalanan satu bulan berpuasa, kita menunaikan zakat fitrah. Zakat fitrah adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mempunyai kelebihan makanan pokok, menunaikan zakat wajib bagi dirinya dan orang yang dalam tanggungannya. Zakat dalam sudut pandang yang lebih luas memiliki banyak aspek diantaranya ekonomi, pengelolaan lahan, pemberdayaaan ekonomi, pola konsumsi, juga kelestarian lingkungan.

Barang yang dijadikan zakat utamanya adalah makanan pokok yang termasuk ke dalam kebutuhan pangan. Pangan menurut Islam adalah hal yang tidak terpisahkan dari agama. Banyak hal dalam agama yang berkaitan secara langsung dengan pangan, contoh konkritnya adalah zakat.

You are what you eat, anda adalah apa yang anda makan. Kalimat tersebut menunjukkan makna bahwa makanan berpengaruh besar dalam kehidupan, menjaga makanan berarti menjaga kehidupan kita lahir batin. Makanan yang berkualitas akan menghasilkan individu yang cerdas. Bahkan dikabulkannya doa bergantung juga pada makanan. Suatu ketika ada seorang sahabat Rasul bernama Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasul, “Ya Rasul, bagaimana caranya agar doa-doaku dikabulkan?

Kemudian Rasulullah Muhammad menjawab:

 يَا سَعد، أَطِبْ مَطعَمَكَ، تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّ عوَة

 “Wahai Sa’ad, perbaiki makananmu (pilihlah yang halal), niscaya doamu mustajab (dikabulkan).”

Pangan yang Halal dan Thayyib

Memilih makanan pertimbangan utamanya tentu halal, namun tidak hanya halal tapi juga thayyib (baik). Makanan yang tidak hanya halal dikonsumsi, tapi juga baik dan sesuai dengan kebutuhan tubuh, dan cara mengelolanya benar. Imam Ibnu Katsir mendefinisikan makanan thayyib adalah makanan yang sehat, proporsional dan tidak berlebihan, serta tidak berbahaya bagi tubuh dan pikiran.

Karena bisa saja suatu makanan sehat, namun ketika berlebihan mengonsumsinya menjadi tidak baik atau tidak thayyib. Hindari bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan, dan makanan yang sudah kadaluarsa. Dari sudut pandang ulil amri, pemerintah harus menerapkan regulasi dan sanksi tegas terhadap penjahat pangan yang merusak masa depan.

Sampah Sisa Pangan

Berkaitan dengan pangan, setiap pangan yang diolah dan tidak habis dikonsumsi akan menghasilkan sampah. Sampah nasional pada 2023 adalah sebanyak 69,9 juta ton dan didominasi oleh sampah sisa makanan sebanyak 41%. Itu artinya terdapat 28 juta ton lebih sisa makanan yang terbuang sia-sia tiap tahunnya. Sungguh pemborosan yang sangat besar. Oleh karenanya bijaklah dalam mengambil dan mengolah makanan. Ambil makan secukupnya dan habiskan.

Jagalah sisa makanan kalian, karena padanya terdapat berkah. Kesadaran untuk mengurangi sampah pangan perlu ditumbuhkan dari semua figur, segenap stakeholder dari hulu sampai hilir yang berkaitan dengan penyediaan makanan untuk meminimalisir sampah makanan. Sebagai individu kita juga harus berkesadaran untuk mengelola pangan dan mengonsumsi makanan dengan bijak. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

  نحن قوم لا نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا لا نشبع

“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.“

Tips hidup sehat ala Rasulullah adalah makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.

Terakhir, kita semua sebagai umat Islam wajib berjuang melawan hegemoni dunia yang sedang mencederai Islam. Tetap jaga rasa peduli dan empati kita pada saudara-saudara Muslim kita di Palestina yang mengalami cobaan dan konflik panjang yang belum juga berkesudahan. Pertahankan prinsip untuk tidak menggunakan produk yang justru berpotensi mencederai saudara-saudara Muslim kita di Palestina.

Pada akhirnya, semoga momentum Idul Fitri ini menjadi sarana untuk kita semua untuk memetik hikmah berpuasa selama satu bulan, saling memaafkan, dan menumbuhkan ukhuwah, khususnya ukhuwah islamiyah antar seluruh umat Islam di dunia.

 

Redaktur: Hanin Nur Laili

Foto: Arsip Media Komplek Q

Disarikan dari Khutbah Sholat Idul Fitri oleh KH. Dr. Hilmy Muhammad Hasbullah, M.A. pada Senin, 1 Syawwal 1446 H/31 Maret 2025 M