Hari Selasa tanggal 15 Oktober 2024, nakanak wedok dapat rejeki kerawuhan Mbak Alissa Wahid. Alhamdulillaaah. Pertemuan hari itu mengusung tema “Santri Putri Mendunia”. Kami sengaja memilih tema yang bombastis untuk memotivasi anak-anak.
Pertemuan dibuka dengan pertanyaan: “Memangnya bisa kita mendunia? Kita kan nyantri di kota kecil. Mosok sih bisa mendunia? Paling abis mondok, pulang, terus nikah. Ada yang punya pikiran seperti itu?”. Anak-anak menggangguk malu-malu.
Mbak Alissa lalu mulai bercerita tentang kegiatannya. Hampir setiap bulan beliau pergi ke luar negeri untuk memenuhi berbagai macam undangan. Yang menarik, sekarang ini hampir di setiap negara yang beliau kunjungi, beliau dengan mudah bisa menjumpai lulusan-lulusan pesantren yang sedang belajar di perguruan tinggi ataupun yang sudah bekerja.
Pernah suatu kali beliau bertemu dengan santri asal Muntilan yang kini mukim di Belgia. Santri tersebut mengatakan: “Mbak, sekarang itu santri-santri -apalagi yang dari NU ,-Nahdlatul Ulama yang tinggal di Eropa, bangga sekali menyebut diri kami ini santri. Kami bangga dan nggak takut menyebut kami ini dari pesantren karena orang Eropa sudah banyak yang kenal dengan NU juga dengan dunia pesantren”.
Perkembangan ilmu keislaman di berbagai negara yang bukan negara Timur Tengah itu juga berkembang. Misalnya di Amerika. Di sana banyak universitas yang punya pusat studi Islam. Makanya kemudian anak-anak muda muslim dari berbagai penjuru dunia bisa berangkat untuk studi di sana. Nah, itulah yang saya maksud dengan santri mendunia. Bahwa santri itu sekarang ruangannya besar sekali. Kalian belajarnya memang di Rembang tapi apa yang kalian dapatkan di sini, itu adalah modal besar untuk kalian nanti bisa mendunia.
Jangan pernah terpenjara oleh apa yang sedang kita jalani saat ini. Jangan merasa dikecilkan oleh ruang kita saat ini. Ruang kita saat ini adalah batu pijakan kita. Justru di sinilah kita disiapkan, kalau kita sebagai pribadi memanfaatkannya untuk menyiapkan diri, tapi kalau berpikir mondok ya sakmadya aja. Yang penting mondok, ada teman, nggak sendirian di rumah. Kalau mikirnya cuma segitu ya nggak akan dapat apa-apa. Semua tergantung diri kita pribadi, mau kita manfaatkan sebagai apa.
“Saya dulu lulusan SMA favorit di Jakarta. Ketika lulus, saya bingung mau kuliah di mana. Pengen masuk UI (Universitas Indonesia) tapi saya maunya tinggal di Jogja. Di Jogja nggak ada UI. Adanya UGM (Universitas Gadjah Mada). Karena bingung, bertanyalah saya pada Bapak dengan harapan beliau nanti bilang: “yawis ning UI wae”. Tapi ternyata tidak. Beliau mengatakan: “Sekolahe apik, nek wonge elek ya tetep elek. Sekolahe elek nek wonge apik iku ya tetep apik”.
Di manapun kita, kita bisa menggunakan ruang itu untuk kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Intinya, semua dimulai dari kita. Sebagai santri, apakah kita mampu memanfaatkan kesempatan? Kalian sudah mendapat berkah bisa mondok di sini. Apakah berkah ini lalu bisa membuka gerbang berkah yang lebih besar atau tidak itu tergantung kita”.
Berakhlak dengan Prinsip Mabadi’ Khaira Ummah
Mbak Alissa juga memaparkan tentang prinsip Mabadi’ Khaira Ummah. Ada lima akhlak yang perlu dimiliki yaitu:
- Jujur
- Amanah dan bertanggung jawab
- Adil
- Bisa bekerja sama dengan orang lain
- Istiqomah (tidak mudah patah, pejuang, tangguh)
Sebagai jamaah NU, kita sudah mempunyai bekal itu. Sudah ada garisnya. Tinggal kita mau mengembangkan diri ke sana atau tidak.
Lalu apa saja syarat yang perlu dimiliki agar santri bisa mendunia?
- Pertama, memahami diri sendiri dan lalu pemahaman itu dipakai untuk berubah ke arah yang lebih baik. Contoh: aku orangnya nggak disiplin. Bagaimana caranya agar aku bisa disiplin.
- Kedua, menyadari bahwa kita tidak bisa hidup sendiri. Kita perlu bekerja sama dengan orang lain. Kalau kita tidak bisa bekerja sama dengan orang lain, kita akan ditinggal. Sementara zaman sekarang adalah peradaban kerja sama.
- Ketiga, trampil mengelola diri. Orang-orang yang maju itu dia bisa mengatur dirinya sendiri, tidak diatur orang lain. Bisa mengelola diri artinya tidak gampang ikut-ikutan. Orang yang tidak bisa mengendalikan diri, tidak akan bisa mendunia. Karena mendunia itu urusan pribadi. Kita mencari jalan kita sendiri melalui prestasi kita.
- Keempat, mampu mengelola hubungan dengan orang lain. Kita sadar, kita tidak bisa hidup tanpa orang lain. Kalau sudah sadar, kita cari tau bagaimana cara berinteraksi yang baik dengan orang lain.
Kalau ingin menjadi santri yang mendunia, salah satu yang perlu dimiliki adalah selalu punya semangat belajar. Saya kemarin belajar dari seseorang. Beliau bilang: “Perubahan yang paling utama dalam diri adalah berubah dari human doing menjadi human being. Human doing itu kita melakukan sesuatu karena kita tahu itu adalah tugas kita. Sementara human being itu kita melakukan sesuatu karena kita tahu ini adalah peran yang kita ambil di kehidupan kita sekarang”.
Jadi kalau kalian di sini meyakini bahwa kalian ini adalah santri maka peran kalian adalah seorang santri, dan santri itu tugasnya belajar. Tanpa perlu disuruh-suruh, diatur-atur, kalian akan bisa mengatur diri kalian sendiri.
Penutup dari Mbak Alissa sore itu: “Dunia membutuhkan, kalian sudah berada di tempat yang tepat. Pertanyaannya, kalian menjadi santri yang tepat atau tidak?”
(Matur nuwun Mbak Alissa atas ilmunya. Anak-anak juga mboknya senang sekali. Terima kasih, jazaakillah ahsanal jazaa)
Penulis: Ning Almas Mustofa
Putri KH. Mustofa Bisri Rembang – Kepala Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Leteh Rembang – Alumni Komplek Q (Halqimuna)