Santrikah, Tuan Puan?

Diposting pada

Hari santri saat ini sungguh spesial
Covid masih ingin bertamu
Thibbil Qulub menggaung
Mujahadah dan khataman makin melaju

Media sosial ramai ucapan
Twibbon berseliweran
Status WhatsApp turut mengucapkan
Selamat hari santri, semua online saat pandemi

Dua puluh empat purnama yang lalu,
Panggung Krapyak cantik jelita
Lukman Hakim Saifuddin baca puisi
Krapyak riuh orang berdatangan
Dzawin mementaskan komedi
Para santri senang ada hiburan dan libur ngaji, hehe

Mau kah kau kuceritakan sebuah kisah, Tuan Puan?
Sebuah kisah pada zaman Instagram belum terpikirkan

“….”

Negeri kami disebut tumpahan surga, Tuan Puan
Inggris, Belanda, Jepang tertarik dan mampir menjajah
Surga itu menjadi neraka

Orang-orang kami kelaparan
Para pemberani ditumpaskan
Kerja paksa diwajibkan
Sekolah adalah barang impian
Bahkan kakekku, digeret Belanda dengan rambut diikat di kereta kuda

Tentu saja kami melawan, Tuan

Para pejuang kami tak pernah lelah memperjuangkan kemerdekaan

Oktober 1945
KH. Hasyim Asy’ari mengumandangkan resolusi jihad
Para santri menggeliat
Surabaya memanas, Mallaby tewas
10 November meletus perang

2015
Tiang-tiang Istiqlal menjadi saksi bisu Hari Santri ditetapkan oleh Presiden kami
….
Tuan Puan bertanya “Apakah santri adalah yang suka tidur berjejer seperti pindang?”

“Bukan begitu, Tuan Puan. Tidak ada NU, tidak Muhammadiyah, tidak LDII, tidak MTA, tidak juga yg tidak tidur berjejer seperti pindang ataupun yang cari berkatan. Sesiapa yang berjiwa NKRI dan bernapas laa ilaaha illallah, dialah santri”

Oleh: Ma’unatul Ashfia

Foto: Dokumentasi Komplek Q