Jejak punggung ringkih itu kembali datang.
Merapal mimpi aksara terhajar hilang dan malang.
Tak ada yang lebih tandus, selain setelah ia pulang.
Di koyak sunyi kalut bukan kepalang.
Terbungkuk nya mencari alang-alang.
Dua kambing piaraanya harus makan.
Urat menyerit di balut legamnya kulit.
Tak ada yang lebih sulit, selain setelah ia tak lagi kembali.
Di hari-hari setelah tanpanya adalah kemarau tandus.
Badai guruh gaduh menghunus.
Di ombang-ambing riuh merindu-i deras berarus.
Tak ada yang lebih keruh, selain setelah ia tak lagi ada.
Hijau sepatu but nya kini kelabu.
Ontel paruh waktu di kayuh, kini lusuh.
Kambing-kambing berbiak banyak, kini limbung.
Kenang-kenang yang di kenang cucur keringat mengguyur mata, tubuh, kulit keriputnya.
Meringis tak beraksara mengenangnya.
Tak ada yang lebih menyayat selain mengenang ia,lalu tergenang air mata.
Tenang di sana.
Pak tua.
Yk, 2020
Oleh: Nadia
Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels