Syekh Badiuzzaman Said Nursi merupakan seorang ulama terkemuka, seorang pemikir Islam yang paling cemerlang di zaman modern, dan sekaligus seorang yang konsisten dalam memperjuangkan gagasan-gagasannya dengan menjadikan Islam sebagai agama yang dinamis di dunia modern. Sehingga beliau dijuluki “badiuzzaman” atau Keajaiban Zaman.
Awalnya gelar ini diberikan oleh gurunya sendiri, yaitu Syeikh Fathullah Effendi, disebabkan oleh kemampuan daya ingatnya yang sangat luar biasa dalam menghafal kitab-kitab agama. sebagian dari kitab-kitab yang beliau pelajari dan hafalkan, yang menjadi teras (Ummahat al-Kutub) seperti: Sharh al-Mawaqif, Tuhfat ah-Muhtaj fi Sharh al-Minhaj, al-Risalah al-Shamsiyyah, al-Bahjah al-Mardiyyah, al-Jami, al-Maqamat al-Haririyyah, dll.
Ia juga seorang yang haus akan ilmu, selalu menjunjung tinggi agama Islam, kecintaan dan ketakwaan ia terhadap Allah yang Subhanallah sungguh luar biasa. Beliau juga lebih ingin terfokus pada dakwahnya, sehingga ia tak pernah berpikir untuk menikah. Ia tidak ingin menyia-nyiakan pernikahannya karena ia lebih banyak menghabiskan sisa hidupnya dipenjara dan juga beliau banyak menulis, sehingga menjadi sebuah karya yang luar biasa. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Rasail an-Nur yang berisi tentang satu tafsiran Alquran yang memfokuskan kepada persoalan tentang keimanan.
Said Nursi lahir pada tahun 1877 M, di sebuah desa bernama Nursi- sebuah perkampungan Qadha’ (Khaizan) di wilayah Bitlis terletak disebelah Timur Anatolia. Ayahnya bernama Mirza, seorang sufi yang sangat wara dan diteladani sebagai seorang yang tidak pernah memakan ataupun menyentuh barang haram sedikitpun semasa hidupnya. Ibunya bernama Nuriah. Beliau tidak pernah terlepas dan selalu menjaga dirinya dalam keadaan suci (berwudhu). Sampai menyusui anak-anaknya pun dalam keadaan berwudhu.
Nah, bagaimana teman-teman? Sungguh keluarga yang teramat diimpikan bagi setiap orang bukan? Apa teman-teman terpacu untuk menjadi seorang yang lebih baik lagi dalam belajar maupun taat kepada Allah?
Semoga temen – temen semua, baik yang muda maupun tua, baik yang melihat maupun tidak, dapat meneladani sikap maupun perilaku beliau. Semoga kita juga selalu senantiasa bertambah kadar kecintaan kita kepada Allah, kalamullah, kepada Nabi kita Muhammad saw., dan kecintaan kita terhadap ilmu. Bukan kecintaan kita terhadap sesuatu. Apalagi cintanya yang melebihi cinta kita kepada Allah.
Ada sedikit ucapan dari beliau mengenai penjelasan di atas “Ilmu-ilmu agama adalah lentera hati, sementara ilmu-ilmu modern adalah cahaya akal. Ketika dipadukan, kebenaran akan terungkap jelas hingga obsesi seorang pelajar akan tergugah dan melambung tinggi dengan kedua sayap itu. Namun ketika terpisah, maka akan lahir fanatisme pada yang pertama dan akan timbul keraguan pada yang kedua”.
Oleh: Shoffy Amanda.
Sumber:
– Buku Api Tauhid: Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujadid, karya Habiburrahman El-Shirazy.
Pictured by turkinesia.net