Salah satu kegiatan khas di bulan Ramadhan adalah mengikuti pondok kilatan Ramadhan di pesantren-pesantren. Ada kisah inspiratif dari pondok Ramadhan di Pesantren Anwarut Taufik, Batu. Pesantren yang didirikan oleh Habib Jamal al Baagil ini membuka kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan mondok kilatan di bulan Ramadhan. Anak-anak yang mengikuti kegiatan pondok Ramadhan dibagi menjadi dua kelompok; laki-laki dan perempuan. Selain anak-anak, ada juga remaja dan dewasa yang turut dalam kegiatan pondok Ramadhan tersebut.
Suatu ketika salah seorang bertanya, apa yang diajarakan kepada anak-anak ini? Habib Jamal menjawab bahwa anak-anak ini diajarkan untuk mencintai Kanjeng Nabi. Setiap hari mereka dibacakan sifat-sifat dan kisah-kisah Nabi. Dengan dibacakannya 2 hal tersebut, diharapkan anak-anak ini akan mencintai Nabi Muhammad Saw.
Di penghujung rangkaian kegiatan, anak-anak ini diajarkan untuk mengirim surat kepada Rasulullah. Bagaimana caranya? Habib Jamal membagi balon dan kertas kepada anak-anak. Kemudian Habib Jamal meminta anak-anak ini untuk mengirim surat cinta kepada Rasulullah di Madinah.
Kreativitas dan imajinasi anak-anak tertuang dalam kertas tersebut. Ada yang menulis I love Muhammad dan lain sebagainya. Kemudian kertas yang sudah ditulisi, dimasukkan ke dalam balon. Balon yang sudah dibubuhi karbit ini diikat kemudian dilepaskan ke udara. Sembari melepaskan balon, Habib Jamal berkata, “Semoga balon-balon kita sampai ke Madinah”. “Amin Amin” jawab anak-anak dengan gembira dan penuh harap.
Setelah acara melepaskan balon yang berisi surat cinta kepada Rasulullah, Habib Jamal kembali ke rumah. Sesampainya depan rumah, beliau mendapati satu balon yang masih menyangkut. Bisa saja balon tidak terbang karena kekurangan karbit ataupun alasan lain.
Melihat hal tersebut, Habib Jamal mengambil balon merah itu dan dibawanya ke dalam kamar. Beliau penasaran dengan apa yang ditulis oleh anak dalam balon tersebut. Diambilnya kertas dalam balon, kemudian dibuka, dan dibaca isi surat tersebut oleh Habib Jamal. Tiba-tiba Habib Jamal menangis membaca isi surat tersebut. Si anak menulis sebuah surat cinta seperti berikut ini,
“Ya Rasulullah, seminggu aku di pondok ini mengenalmu dan tiap hari aku mimpi panjenengan. Setelah ini aku pulang Ya Rasulullah, apakah aku masih bisa bertemu panjenengan Ya Habiballah…”
Hanya menyamar menjadi Nabi saw. yang tidak bisa dilakukan setan dalam mimpi manusia. Apa yang dialami anak itu belum tentu dapat dialami oleh siapapun bahkan ahli agama sekalipun. Semoga dengan kecintaan kita kepada Kanjeng Nabi dapat membawa kita berjumpa beliau dan mendapat syafaatnya di hari kiamat kelak.
Disadur dari ceramah Ustaz Khoiruddin tentang cerita pondok Ramadhan di pesantren Habib Jamal Baagil Malang.
—
Oleh: Hafidhoh Ma’rufah
—
Foto: Thomas Peham di Unsplash