Ahlussunnah wal jama’ah menjadi bagian yang paling banyak dari umat seluruh dunia. Sehingga bagaimana kita mampu memahami tentang ahlussunnah wal jama’ah. Apa yang terbesit dalam benak kita di balik kata itu. Dalam kitab ahlussunnah wal jama’ah karya KH. Hasyim Asy’ari, Tuan Guru Bajang menjelaskan hal – hal penting yang ada dalam kitab tersebut.
Ahlun (اهل ) disini bukan bermakna keluarga, tetapi yang dimaksudkan disini adalah pengikut. Sunnah juga dijelaskan oleh hadrotussyeikh adalah jalan yang diridhoi yang dijalani dan ditempuh Nabi Muhammad SAW ( لِلطَّرِيْقَةِ الْمَرْضِيَّةِ الْمَسْلُوْكَةِ فِي الدَّيْنِ التي سَلَكَهَا رسول الله كَالصَّحَابَةأَوْ غَيْرُهُ).
Wal jama’ah juga dimaksudkan oleh para ulama bukan sembarang orang, jangan keliru ketika memaknakan ahlussunnah wal jama’ah bahwa jama’ah itu artinya sembarang orang, yang ada yang penting dia islam berarti itu yang diikuti. Kalau dalam penjelasan para ulama, salah satunya Al Imam As-syatibi disebutkan bahwa Al jama’ah yang dimaksud adalah al aimmah almatbu’un almusytahiduun, jadi yang dinamakan jama’ah adalah kelompok ulama. Al jama’ah disini adalah mereka para imam ahli ijtihad. Maka itulah dalam penjelasan dari hadratusyeikh tentang bagian dari al jama’ah yaitu para ulama baik itu muhaddisin seperti Imam Bukhari, serta mufassirin dan fuqoha. Maka kalau diajar oleh para guru untuk mendengar dan mentaati para syuyukh ( الشيوخ) itu bagian dari makna ahlu sunnah wal jama’ah. Kalau di Indonesia yang paling banyak tentu adalah Syafi’iyah pengikut Imam Abu Abdillah Muhammad ibni Idris Asy-syafi’i Rahimahullah Rahmatan Abror.
Ketika menyampaikan tentang ahlussunnah wal jama’ah, KH. Hasyim Asy’ari menyampaikan sesuatu ibarat yang menarik dalam kitab ini. Tentang bagaimana menghargai mazhab yang muktabar yang memang kita warisi dari para guru kita. Mengikuti manhaj tidak hanya aqwal. Disaat tertentu, kita perlu kembali kemanhajnya kalau dalam masalah-masalah yang sangat pelik. Arti mengikuti manhaj adalah ketertiban dalam belajar agama. Memprioritaskan sesuatu yang harus didahulukan dan sesuatu yang kemudian dibahas berikutnya. Jadi ini sebagai pengingat bagi kita bahwa semangat beragama di kalangan umat sekarang ini perlu untuk ditangkap dengan baik dalam bentuk kita mampu membahasakan dan menghadirkan islam di tengah umat ini di ruang publik dengan kehadiran yang sesuai dengan citra dan akal sehat.
Sebagian orang mempersepsikan bahwa bermadzhab itu menyulitkan diri. Justru sebenarnya hal itu membuat kita bisa beragama dengan lebih tertib. Permasalahan tertib dalam mazhab assyafi’i sangat kuat. Tertib dalam belajar agama itu penting. Salah satu contoh pelajaran agama tidak tertib adalah ketika dalam beragama, fardhu nya diakhirkan.
Menurut Tuan Guru Bajang, salah satu isu yang sekarang perlu bersama-sama untuk ikut memikirkannya adalah pasang surut seseorang dalam beragama. Sehingga akhirnya yang dikhawatirkan ketika orang-orang yang ingin mengenal agama ini justru belajar kepada orang yang mengajarkan agama tidak dengan tertib.
Dalam satu agenda khusus dan panjang yang juga merupakan bagian penting dalam kitab ini adalah tentang implementasi sosial. Hubungan sosial baik kepada para tetangga, kerabat, teman, dan juga kepada orang yang lebih tua baik secara biologis ataupun secara ilmu. Membangun tatanan sosial yang baik itu adalah bagian yang tidak lepas dari masyarakat ahlu sunnah wal jama’ah.
Beberapa hal yang dapat diambil sari mutiara dalam masalah ini adalah kita harus sungguh-sungguh belajar.Itu sebabnya tidak hanya para suyukh atau guru kita adalah orang-orang hebat tapi kita sebagai murid muridnya juga rajin mencatat mengkodifikasi ilmu yang telah mereka wariskan. Jangan sampai ada suatu masa dimana ketika kita ditanya tentang ahlussunnah wal jama’ah kita tidak mengetahuinya.
Sumber: https://youtu.be/W7t-NbYyXt8
–
Oleh: Novia Purnama Sari
–
Foto: republika.co.id