Menjelang akhir Ramadan, sebagai umat muslim tentunya kita disibukkan dengan persiapan perayaan Idulfitri. Seperti membeli baju baru, menyiapkan snack, makanan hidangan khusus untuk tamu yang berkunjung melaksanakan halal bi halal. Namun, di samping itu jangan lupa kita juga harus menyempurnakan ibadah puasa kita dengan melaksanakan zakat fitrah. Karena sesungguhnya sempurnanya puasa Ramadan masih menggantung pada diterima atau tidaknya kecuali dengan menunaikan zakat fitrah.
Zakat Fitrah
Zakat fitrah diwajibkan bagi setiap jiwa dengan syarat memiliki harta berlebih, beragama islam dan hidup pada akhir Ramadan. Berlebih yang dimaksud adalah hartanya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarga (jika sudah berkeluarga). Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang memiliki arti:
“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan haram, serta makan bagi orang-orang miskin,. Barangsiapa mengeluarkannya sebelum sholat Idulfitri maka itu adalah zakat fitrah yang diterima, dan barangsiapa mengeluarkannya setelah shalat Idulfitri maka itu adalah zakat biasa” (H.R. Abu Daud, Shahih Abu Daud; 1427)
Besaran yang digunakan untuk melaksanakan zakat fitrah adalah 1 sha’. Menunaikan zakat fitrah dengan menggunakan makanan pokok wilayah setempat. Jika di Indonesia lazimnya menggunakan beras, dengan takaran hitung beras sebesar 2,5 kg/jiwa, atau dapat menggunakan uang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh panitia zakat di wilayah setempat.
Hikmah Zakat Fitrah
Selama melaksanakan puasa Ramadan satu bulan lamanya, pernah nggak sih terbesit di pikiran pembaca ketika “sedang berpuasa padahal kita memiliki uang yang cukup untuk membeli makan tapi kita masih harus menahan lapar sampai waktu maghrib tiba. Lalu, bagaimana orang-orang diluar sana yang kekurangan, mereka tidak hanya menunggu sampai waktu maghrib. Bahkan, mereka menunggu untuk memiliki uang yang cukup sampai tidak tau kapan waktunya.”
Nah, pelaksanaan zakat fitrah ini dapat kita gunakan sebagai sarana berbagi dengan sesama yang masih kekurangan. Mencukupi kebutuhan mereka, memberikannya dengan tulus dan tentunya berbagi dengan penuh kebahagiaan akan membuat mereka menjadi lebih damai. Selain itu, dengan berbagi kita juga bisa lebih meningkatkan rasa empati terhadap penderitaan serta kesulitan orang lain. Pada akhirnya kedamaian akan tercipta satu sama lain dan sama rata dengan saling berbagi serta seluruh umat bisa merayakan hari kemenangan pada hari raya Idulfitri nantinya.
Kebaikan berbagi dengan sesama yang dilakukan dengan ikhlas tentunya juga akan mendatangkan kebahagiaan pada orang lain. Tidak hanya itu, tentunya diri kita pun akan merasakan kebahagiaan tersebut. Dengan ketulusan saat berbagi kita juga akan mendapatkan hikmah yang tentunya luar biasa, diantaranya kita dapat meningkatkan rasa syukur, meningkatkan kepedulian sosial dengan sesama, dan dapat menumbuhkan rasa persaudaraan yang semakin erat. Tidak ada satupun kerugian yang akan didapatkan ketika kita ikhlas dalam berbagi dengan ketulusan kepada sesama.
Selain itu, zakat fitrah juga memiliki hikmah memfitrahkan diri kita sendiri. Singkatnya yakni setelah mensucikan diri dengan menunaikan zakat fitrah maka kita diharapkan dapat menggunakan momentum zakat fitrah ini sebagai sarana untuk memperbaiki diri, menata ulang, dan menyusun kembali pribadi yang baik agar lebih tunduk pada Illahi. Membersihkan hal-hal buruk yang ada di dalam diri, dan upgrade kualitas diri serta tidak lupa menjaga kebiasaan baik selama bulan Ramadan, meskipun bulan Ramadan telah berakhir.
Oleh: Syarifah Zaidah
Sumber: Bandongan PKR bersama Ustadz Izbik Muhammad