Aku seorang perempuan
Yang menerima cacian, hinaan, juga disalahkan
Aku seorang perempuan
Yang terenggut hak berpendidikan
Terluka fisik dan mental
Terasingkan dari tanah kelahiran
Terkucilkan dari lingkungan
Terluka yang amat dalam
Aku seorang perempuan
yang seandainya melenyapkan jiwa sendiri diperbolehkan,
aku akan lakukan.
Sesakit itu aku, seterluka itu aku
Namun, aku tak pernah menjadi korban
Aku seorang perempuan
Yang mengalami tragedi kejahatan yang tak pernah diharapkan
Andai aku tak hamil, aku bisa dituduh memfitnah, saat aku melaporkannya
Andai aku hamil, aku dituduh berzina, saat aku melaporkannya
Itu hanya karena aku seorang perempuan
Apakah sama zina dengan perkosaan?
Apakah sama pelaku dan korban?
Apakah untuk menolongku, menyelamatkan jiwaku, begitu sulit untukmu?
Seperti ada tembok besar yg sulit dirobohkan…
Padahal, aku hanya ingin ditolong, aku hanya ingin diselamatkan dari ketidakadilan, dari kejahatan dari kedzoliman yang menimpaku
Aku seorang perempuan
Yang hidup dalam dunia yang tidak melihat perempuan seperti aku adalah korban
tetapi,
Aku seorang perempuan
Yang akan terus berjuang untuk kehidupan
Aku tak akan menjadi lemah, walau aku tidak tahu apa kekuatanku
Aku tak mau menjadi beban, tak mau dikalahkan
Oleh ketidakadilan
Aku melihat harapan pada orang-orang
Yang mulai melakukan sesuatu untuk melihatku lebih dalam
Aku memang punya luka, namun aku punya cinta
Aku memang punya masa lalu, tapi masa depan yang akan aku tuju
Aku percaya, akan ada orang yang mengatakan padaku
“Kau adalah Aku”
Coretan Muyassarotul H (Penulis Novel “Hilda”)
Wonocatur, 22 Oktober 2022
Photo by Artem Kovalev on Unsplash