“Black Lives Matter” merupakan slogan aksi demo rasisme yang terjadi di Amerika atas kematian George Floyd yang ditindih lehernya oleh seorang Polisi pada 25 Mei 2020. Pembunuhan ini terjadi karena sebuah minimarket melaporkan bahwa Goerge Flyod membeli sesuatu dengan menggunakan uang palsu. Aksi demo ini akhirnya melebar hingga berbagai negara. Mengapa? Karena setiap negara mempunyai problematika terhadap warna kulit. Sebagian besar negara menganggap bahwa seorang kulit putih atau terang memiliki kasta yang tinggi dan bisa hidup enak dibanding orang berkulit gelap. Akhirnya, kulit putih menjadi patokan standar kecantikan. Sehingga jika semakin putih semakin ia terlihat cantik.
Indonesia memiliki ragam budaya juga warna kulit yang sebagian besar berwarna sawo matang. Namun, dari hasil survei ZAP Index Beuty pada tahun 2018 sebanyak 10.661 dari 17.889 responden wanita Indonesia menginginkan kulitnya menjadi putih. Maka banyak wanita yang melakukan berbagai perawatan agar menjadi putih. Tidak heran jika iklan kecantikan yang melabelkan “lightening” pada produknya. Orang berkulit gelap sering menjadi bahan olok-olok dan mendapat cibiran yang berawal dari lingkungan sekitar. Bahkan dari pihak keluarga banyak yang mendukung untuk menjadi putih, karena mempunyai stigma jika tidak putih maka tidak mengurus badan sehingga membuat orang yang memiliki kulit gelap mejadi kurang percaya diri.
Maka itu penting akan kesadaran diri sendiri untuk mensyukuri apa yang kita punya. Hal ini juga penting dibahas agar mempengaruhi orang lain untuk tidak memandang buruk kepada orang berkulit hitam.
–
Oleh: 6D
Foto: Thought Catalog on Unsplash