Wahai tanganku,
Takkan kuizinkan engkau untuk merasakan sakit dan berdarah
Kecuali di dalam tiap pukulanmu benar-benar terdapat mahabbah.
Tabiat manusia itu merelakan apapun demi apa yang ia cinta.
Rasa sakit itu tak ada artinya jika datangnya disebabkan oleh mahabbah.
Setidaknya aku bisa menghiraukan sakit itu sejenak.
Meski bengkak ataupun berdarah,
Setidaknya darah itu menjadi saksi,
Mengantarkan hati para hadirin,
Semakin dalam menyelami ngarai mahabbah.
Aku pernah membaca,
Tiap orang mengiris jarinya ketika melihat ketampanan Nabi Yusuf.
Melihatmu Ya Rasul?
Tentu mereka mengiris hatinya.
Jika dikatakan,
‘Bagaimana bisa kau merelakan semuanya hanya untuk seseorang yang belum pernah kau jumpa?’
Kukatakan,
‘Aku tak perduli.
Benarlah Imam Bushiri berkata,
مَحَضتَنِي النُّصحَ لَكِن لَستُ أَسمَعُهُ
إِنَّ المُحِبَّ عَنِ العُذَّالِ فِي صَمَمٍ
Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya,
Karena sang pecinta, tuli telinganya dari para pencaci.’
Tak ada orang yang rindu tanpa tersiksa.
Namun yang benar-benar cinta, akan merelakan segalanya.
Tak berlebihan jika dikatakan orang yang mati karena cinta predikatnya adalah syahid akhirat.
Maka aku rela jika harus meregang nyawa untukmu, sang tercinta.
Kubayangkan, suatu saat nanti engkau berada di depan kerumunan sambil berseru,
‘Ngendi umatku kae sing nabuh terbang nganti abuh, getihen tangan e?’
Aku yang sedang berdesakan, mengacungkan tanganku yang masih bercucuran darah seraya berteriak,
‘Kulo, Kanjeng Nabi!’
Lalu engkau menarik lenganku, menggenggam tanganku erat-erat, serta berkata,
‘Rene, melu aku. Ojo diculke tanganku.’
Aku tak tahu lagi apa yang harus kutuliskan.
Untaian kata-kataku,
Seluruh kelebatan bayanganku,
Sampai kapanpun tak akan mampu mengagungkanmu dengan sempurna.
Karena keagunganmu jauh melebihi untaian kata yang dapat kutuliskan,
Melebihi apa yang kubayangkan meski kubaca tentangmu di kitab-kitab.
Maka aku hanya menuliskan kembali sebaris tulisan Imam Bushiri,
Yang kemudian engkau lanjutkan:
فَمَبلَغُ العِلمِ فِيهِ أَنَّهُ بَشَرٌ
وَأَنَّهُ خَيرُ خَلقِ اللَّهِ كُلِّهِمِ
Satu yang menjadi harapanku dan keyakinanku.
Yakni sabdamu:
وَمَن أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الجَنَّة
‘Siapa yang mencintaiku, ia bersamaku di surga.’
Penulis: Salsabila Amany Putri
Pictured by Salsabila Amany Putri