demi konten

Demi Konten

Diposting pada

Berkecimpung dalam media sosial ibarat menyelam di sebuah lautan. Semakin dalam kita membenamkan diri, semakin berlimpah pula keragaman biota laut yang kita nikmati. Di samping itu, kita juga harus berenang lebih kuat dan berani menghadapi gelap yang kian pekat, dingin yang kian mencekam, dan tekanan bawah laut yang bertambah besar. Apabila dari jauh hari tidak kita persiapkan maka tenggelam adalah imbasnya.

Nah, dewasa ini dapat kita sebut sebagai zaman kejayaan media sosial di mana para penggunanya menganut ideologi “demi konten”. Demi konten merujuk pada istilah konten media, yakni konten dalam berbagai jenis atau format yang terdapat di media sosial dapat berupa foto, video, audio, dan teks. Masing-masing jenis dapat berdiri sendiri, terdiri dari dua/tiga jenis sekaligus, atau bahkan mencakup keseluruhannya.

Siapa saja yang mempunyai media sosial dapat menghasilkan konten apapun yang dia kehendaki. Di satu sisi, pengguna media sosial berusaha memberi kontribusi, tetapi di sisi lain demi konten ini sudah tereksploitasi. Viralitas dapat diraih dengan berbagi cara, mulai dari cara yang baik sampai cara yang buruk. Bagaimana supaya tidak tenggelam dan termakan pancingan “demi konten”?

Berdasarkan survei, jumlah pengguna media sosial di Indonesia selalu masuk lima besar terbanyak dari seluruh negara di dunia. Sayangnya, dapat dikatakan pula bahwa penduduk Indonesia rawan terkena penipuan di media sosial. Sebagian besar korbannya karena mengonsumsi medsos tanpa kekritisan.

Kritis dan melek media adalah modal yang penting kita miliki untuk berselancar di media sosial. Dengan kekritisan dan tingkat literasi media yang tinggi, kita bisa tetap waras. Negara kita butuh pengguna yang bijak dalam bermedia sosial dan mampu membuat konten mendidik supaya masyarakat Indonesia lebih cerdas. Menghibur tidak salah, asal tetap mengindahkan akal sehat.

Oleh: Yumna Fitriani

Photo by Jeremy Bezanger on Unsplash