Dialog

Diposting pada 51 views

Setelah sholat isya hujan mengguyur, rasanya teramat syahdu ,ada rindu yang bergelayut tak menentu,ada denyut denyut aneh yang membelenggu. Kenangan turut berjatuhan bersama hujan yang kian deras mengguyur bumi malam tadi.

***

Perempuan berkacamata itu masih enggan meninggalkan tempatnya. Ia masih duduk sambil memejamkan mata. Mengangkat kedua tangan penuh khusyuk, entah doa seperti apa yang sedang ia panjatkan, yang jelas ia begitu menikmati dialognya dengan Pencipta. Tak lama kemudian ia pergi entah kemana. Mungkin ke sudut lain pesantren ini.

Benar saja, ia naik ke lantai tiga gedung ini, ia terlihat berdiri sambil menatap langit yang bahkan malam itu tak ada bintang disana, hanya langit sunyi yang nampak cukup mencekam. Lama terdim menikmati setiap hembus angin malam, saat kemudian sebuah tangan terasa menyentuh bahunya.

“Sedang apa disini Mbak?” Tanya seorang perempuan yang baru saja datang. Perempuan itu mengenakan jilbab kuning yang terlihat begitu serasi dengan warna kulitnya.

“Tidak sedang apa-apa, hanya menikmati cerita semesta.” Jawab perempuan berkacamata.

Perempuan berkacamata itu menoleh pada perempuan berjilbab kuning lantas melanjutkan kalimatnya.

“Kau tau? Setiap malam aku selalu ke sini menatap langit yang luas. Ada atau tidak ada bintang aku tetap kemari.” Katanya.

“Untuk apa Mbak?” Tanya perempuan berhijab kuning.

“Untuk sekedar mengusir gelisah, bercerita pada alam ciptaan Tuhan. Mungkin yang melihat akan menganggap kalau aku gila, tapi aku suka melakukannya.”

“Kenapa harus malam Mbak? Bukankah siang juga ciptaan Tuhan?” Tanya perempuan berhijab kuning lagi.

“Karena pada siang kau takkan menemukan kedamaian yang diberikan oleh malam.” Jawab perempuan berkaca mata dengan mantap.

“Kedamaian seperti apa yang Mbak maksud?”

Baca Juga:  Duka Alam Semesta

“Coba kau rasakan angin yang sangat lembut menyapu wajahmu, coba kau dengarkan suara binatang malam yang bagi sebagian orang mengerikan, coba kau rasakan sunyi yang mungkin sedikit mencekam, tapi dari sini kita akan lebih banyak bersyukur atas nikmat Tuhan yang luar biasa.” Jawab perempuan berkacamata.

“Bahwa ternyata sesuatu yang terkadang terlihat mengerikan memiliki sisi sisi lembut yang kita tidak sadar.” Tambah perempuan berkacamata.

Perempuan berhijab kuning itu lantas mengangguk dan mengiyakan. Jika saja malam tak semakin larut dan esok tak ada kegiatan yang wajib dilaksanakan mungkin pembahasan tentang malm ini takkan begitu saja berakhir. Sebab bila dijabarkan maka tidak akan ada yang tau apa saja hal-hal luar biasa yang disembunyikan malam dalam kemisteriusannya selama ini. Cukuplah malam menjadi tempat merenung dan tempat berkeluh kesah untuk segala gelisah, menjadi tempat menumpahkan segala tangis, juga menjadi obat bagi setiap luka.

 Maka jangan lewatkan malam malammu dengan sia sia.

Oleh: Silfi Ainunnisa

Foto oleh Bess Hamiti dari Pexels