Pandemi Covid-19 yang kini terjadi diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia sudah terkena imbasnya. Wabah ini memberikan dampak yang sangat besar terhadap seluruh masyarakat Indonesia, salah satunya yaitu memaksa karyawan dan pengusaha mengelola tugas, target, dan timnya dari rumah atau work from home (WFH). Ibu rumah tangga makin rutin belanja daring via platform e-commerce. Belajar di institusi formal pun kini harus dilaksanakan secara daring. Content creator dan penggiat belajar online makin antusias karena seolah mendapat legitimasi “go online” hasil dari kebijakan pemerintah.
Internet yang dulu dianggap pelengkap dan barang luksuri, saat ini makin nyata menjadi utilitas dan semestinya digunakan dengan pantas karena faktor fungsionalitas. Koneksi digital bukan lagi solusi alternatif, melainkan mandatori. Covid-19 akan menjadi akselerator implementasi digital di Indonesia. Wabah ini telah memaksa -menjadi push factor– memicu percepatan adopsi dan transformasi digital baik oleh konsumen (pengguna) maupun produsen (penyedia jasa).
Munculnya berbagai permasalahan di masyarakat, membuat semua merasakan dampaknya, baik pegawai negeri, perusahaan, masyarakat kelas bawah, pelajar dan masih banyak lainya. Terlebih masyarakat golongan bawah, bisa kita bayangkan jika mereka tidak bekerja maka mereka tidak bisa makan. Pemerintah dengan berbagai program melakukan upaya pencegahan pandemi Covid-19 agar tidak menyebar lebih masif. Salah satu programnya dengan memberikan berbagai bantuan kepada masyarakat. Akan tetapi, semua itu belum cukup untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama antar lembaga tertinggi dan lembaga masyarakat biasa, agar permasalahan ini bisa diselesaikan dengan cepat.
Sebenarnya strategi pemerintah adalah menjaga yang sehat agar tidak tertular dari yang terinfeksi. Karena itulah rantai penularannya harus diputus. Tak heran jika slogan #dirumahaja dan peraturan physical distancing ini terus digalakkan. Namun masyarakat kita belum sepenuhnya sadar mematuhi peraturan ini. Banyak orang yang masih berkeliaran di luar rumah tanpa mematuhi aturan pemerintah, bisa jadi mereka tidak tahu, atau bahkan tidak percaya terkait betapa seriusnya pandemi ini.
Oleh karena itu, jika physical distancing membuat kita menjauh dengan manusia, disitulah waktu bagi kita untuk lebih mendekat pada Sang Pencipta. Oleh karena itu, kita harus berikhtiar semaksimal mungkin karena kita tidak tahu rencana Tuhan kedepannya. Kita sebagai manusia hanya mengikuti apa yang Tuhan kehendaki, selebihnya kita hanya bisa berikhtiar dan selanjutnya pasrah menerima semua keadaan.
Oleh: Rina Melati