Manusia ibarat tembang Macapat yang berarti manusia harus bisa membaca empat. Maksud dalam tembang macapat ini yaitu manusia perlu tahu bahwa ketika nyawanya turun dibarengi 4 yaitu malaikat di kanan dan iblis yang menyesatkan di kiri. Ada beberapa tembang dalam Jawa yang sangat berarti tentang pelajaran hidup yang Gus Muwafiq jelaskan dalam ceramahnya yaitu :
Tembang yang pertama yaitu Maskumambang bahwa turunnya nyawa manusia itu kemambang atau melayang. Dari sinilah muncul istilah syukuran mapati- 4 bulan dalam kandungan dan mitoni- 7 bulan dalam kandungan agar nyawanya tenang.
Kedua, Mijil yaitu manusia telah lahir. Ketiga, Kinanti bahwa manusia perlu bekal ilmu agama dengan akhlak. Keempat, Sinom bahwa manusia harus punya bekal agama dengan akhlak kalau tidak maka akan mejadi cah nom sing ndableg (anak muda yang nakal). Kelima, Asmorodono bahwa manusia pada fase ini mulai merasakan asmoro atau asmara atau cinta. Keenam, Gambuh yang dimaksud yaitu bahwa jumbuh lanang wedok bangun rumah tangga.
Baca juga Mbah Ali, Suri Tauladan Yang Tak Lekang Oleh Waktu
Ketujuh, Dhandanggulo bahwa manusia akan merasakan manis pahitnya kehidupan. Kedelapan, Durmo bahwa saatnya untuk berdarma bakti kepada masyarakat. Kesembilan, Pangkur yang berarti ngerti-ngerti mungkur (tahu-tahu sudah tua). Maksudnya ternyata sudah tidak berdaya dalam menjalankan keseharian. Kesepuluh, Megatruh bahwa manusia akan hilang nyawanya. Kesebelas, Pocung bahwa manusia akan tiba saatnya akan menjadi pocong atau meninggal.
Sejatinya hidup adalah untuk bertakwa kepada Allah. Nyawa kita selalu tahu bahwa kelak kita akan kembali kepada-Nya dan tahu bahwa akhirat lebih utama daripada dunia. Sedangkan tubuh kita ini hanyalah pearantara pencari amal bekal di dunia. Gus Muwafiq juga mencontohkan seperti halnya buah pisang yang mematangkan adalah pohon pisang. Sama halnya jasmani hanyalah pencari bekal ruhani. Karena tubuh kita sifatnya hanyalah dunia jadi tubuh kita sering melakukan hal-hal yang bersifat duniawi yang tidak akan ikut ke akhirat.
Sedangkan ruh manusia selalu terhubung dengan Lauhul Mahfudz yang selalu ingin kembali kepada-Nya. Kekuatan tubuh manusia karena nafsu. Nafsu terkuat dalam manusia yaitu makan, minum, dan perempuan. Maka perlu untuk menurunkan nafsu untuk bisa mengirimkan dan menanamkan di hati atau ruh sebuah kebaikan untuk amal di akhirat. Oleh karena itu, amal kita buruk karena nafsu kita terlalu tinggi.
Baca juga KH.R. Asnawi: Pemilik Akhlak Bijaksana
Seperti dalam QS. Az-Zalzalah ayat 7 dan 8 yaitu:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”.
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ
“dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”.
Arti hidup hanya untuk bertakwa kepada Allah (لعلّكم تتقون؛ / QS 2:187). Maksudnya yaitu bagaimana kita menurunkan nafsu atau kekuatan yang bersifat dunia. Jika ruhani baik kembali ke fitrahnya maka kekuatan yang luar biasa yang bisa melebihi ragawi yang diluar nalar manusia dan kita perlu menurunkan nafsu untuk bisa menamkan kebaikan dalam hati kita.
Oleh: Etika Shovi Nur Izzati
Sumber: Kanal Youtube
Photo by Robert Collins on Unsplash