Peringatan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Peringatan Maulid Nabi, pertama kali dilaksanakan oleh khalifah Mu’iz li Dinillah, salah seorang khalifah dinasti Fathimiyyah di Mesir yang hidup pada tahun 341 Hijriyah. Kemudian sampai ke Indonesia atas jasa Salahuddin Al Ayyubi Khalifah dari dinasti Abbasiah. Salahuddin Al-Ayyubi ingin agar peringatan Maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar peringatan maulid biasa.
Salah satu kegiatan yang dilakukan Salahuddin Al-Ayyubi pada peringatan Maulid Nabi yang dilaksanakan pertama kalinya pada tahun 1184 M/580 H adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dalam bentuk syair yang indah. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti sayembara tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab al- Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat pada peringatan Maulid Nabi.
Semantara di Jawa, tradisi peringatan Maulid Nabi telah ada sejak zaman walisongo. Peringatan Maulid Nabi rutin diselenggarakan dan telah menjadi agenda rutin tahunan yang diselenggarakan di berbagai tempat. Peringatan Maulid Nabi tidak bisa lepas dari pembacaan selawat, baik itu yang merujuk pada kitab al-Barzanji karya Syaikh Ja`far al-Barzanji, kitab al-Diba’i karya Abd al-Rahman al-Diba’I, kitab Burdah karya Imam al-Bushiri, ataupun kitab qasidah lainnya.
Peringatan Maulid Nabi sudah menjadi suatu tradisi yang berjalan turun-temurun dan dianggap sebagai suatu tradisi yang patut untuk dilestarikan. Dengan melestarikan tradisi Peringatan Maulid Nabi, kita sebagai umat Rasulullah saw. dapat senantiasa mengingat kembali sejarah hidup dan semangat dakwah Rasulullah saw. sehingga kita sebagai umatnya dapat melakukan refleksi diri, sejauh mana cinta kita kepada Rasulullah saw.
Iman kita tidak akan sempurna apabila belum menjadikan Rasulullah saw. sebagai orang yang paling dicintai. Sebagaimana sabda Rasulullah saw;
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعيْن . رواه البخاري
Dari Anas, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah sempurna imannya salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintai melebihi kecintaannya kepada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia”. [Shahih. HR al-Bukhari no. 14]
Ada tiga hal yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah saw. Pertama, yaitu dengan memperbanyak membaca selawat Nabi. Kedua, dengan mengerjakan apa-apa yang dikerjakan oleh Nabi atau merupakan sunnah Nabi. Dan yang ketiga, yaitu dengan menjaga ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Basyariyah, dan ukhuwah Wathaniyah.
Oleh: Husna Nailufar
Sumber:
Yunus, M. (2019). Peringatan Maulid Nabi. HUMANISTIKA: Jurnal Keislaman, 5(2), 156-162.
https://www.nu.or.id/post/read/113367/peringatan-maulid–wujud-nyata-cinta-pada-manusia-termulia