Harga Diri Seorang Muslim

Diposting pada

Dalam ajaran Islam, harga diri seseorang dilengkapi dengan adanya izzah (kemuliaan diri), muru’ah (menjaga kehormatan diri), dan iffah (menahan diri).

Setiap manusia pasti menginginkan dirinya mulia, baik di dunia maupun di akhirat. Lantas apa itu kemuliaan? Bagaimana manusia bisa dikatakan mulia? Apakah karena berlimpah harta, jabatan tinggi, atau karena wajah yang indah? 

Tentu tidak hanya karena hal-hal yang telah disebutkan di atas. Dalam Islam kemuliaan diri disebut dengan izzah. Seseorang dianggap mulia jika dia menunjukkan hal yang di antaranya yaitu menyembunyikan kemiskinannya dari siapapun untuk menjaga kehormatan dirinya dan agar tidak merepotkan orang lain. Selain itu, ia juga mampu menyembunyikan kesulitan dan kesusahan yang dimilikinya yang bahkan orang melihatnya seperti hidup berkecukupan dan penuh nikmat. Orang mulia juga orang yang selalu bertakwa kepada Sang Maha Pemberi—Allah Swt. dan selalu bershalawat kepada Rasulullah saw.

Selanjutnya yaitu sifat muru’ah atau menjaga kehormatan diri yaitu menjaga tingkah laku hingga tetap berada pada keadaan yang paling utama agar tidak melahirkan keburukan secara sengaja. Menjaga kehormatan diri salah satunya bisa dengan cara menjaga pandangan. Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaga pandangan dari segala sesuatu yang Allah haramkan dengan tujuan untuk menjaga hati kita. Ketika kita sedang lalai dan tidak sengaja memandang sesuatu yang haram maka Rasulullah memerintahkan untuk memalingkan pandangan. Dengan menjaga pandangan, seorang muslim dan muslimah akan tetap terjaga kesuciannya dari hal-hal yang bisa merusak agamanya. Hal tersebut bisa mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kehormatan diri. 

Kemudian iffah atau menahan diri menurut Ibnu Maskawaih dalam kitab Tahdzibul Akhlak yaitu suatu kemampuan yang dimiliki manusia untuk menahan hawa nafsu yang dimilikinya. Sifat iffah bisa seperti sikap adil, jujur, sabar dan lainnya. Contoh sikap iffah yaitu sabar dalam menahan hawa nafsu berupa amarah. Hal tersebut sangatlah tidak mudah karena sifat marah merupakan sifat dasar manusia. Maka dari itu sebagian ulama menjelaskan bahwa kemuliaan seseorang akan tetap terjaga jika seseorang tersebut dapat mengontrol amarahnya. Karena mengontrol amarah lebih berat daripada mengontrol musuh. Seperti sabda Rasulullah saw.

ليس الشديد بالصرعة، إنما الشديد الّذي يملك نفسه عند الغضب

Artinya: “Orang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat. Namun orang yang kuat adalah yang bisa mengontrol pribadinya ketika marah.” (HR Bukhari)

Tentu saja marah itu boleh, yang tidak diperbolehkan adalah marah yang sangat meluap seperti bara api yang susah diredupkan. Amarah mempunyai banyak efek yang tidak baik, di antaranya yaitu menimbulkan sifat kedengkian, iri, dendam dan sebagainya. Segala sesuatu akan menjadi buruk jika diawali dengan amarah yang tidak lekas reda. Jika sifat marah muncul dalam diri kita maka kita harus berusaha mengontrolnya, pertama-tama dapat dengan duduk terlebih dahulu agar lebih santai dan tidak tegang. Jika belum hilang maka berwudhu, jika belum hilang melakukan shalat dan jika belum hilang juga dapat dengan menbaca Al-Qur’an. InsyaAllah  rasa marah tersebut akan perlahan pudar. 

Oleh: Taqiya PS

Referensi: