Menjadi Sosok yang pendiam sangatlah tidak menyenangkan, selalu diremehkan oleh orang-orang. Mereka menganggap orang pendiam tidak mempunyai sebuah keahlian, tidak pandai bicara, tidak suka bergaul, pendendam, dan jarang menuai prestasi. Anggapan mereka salah, mereka hanya melihat dari luarnya saja, mereka tidak tahu, orang pendiam juga bisa melakukan yang mereka lakukan dan menuai prestasi. Bahkan lebih dari yang mereka kira. Janganlah menilai sesuatu dari apa yang terlihat.
Aku adalah seorang gadis yang pendiam. Namun, aku juga tidak ingin menjadi sosok yang pendiam. Aku sangat ingin seperti mereka yang aktif. Aktif di kelas, aktif dalam berbagai kegiatan, pandai bicara di depan umum. Namun, inilah aku. Seseorang yang mempunyai karakteristik pendiam. Aku mempunyai suatu keinginan yang besar yaitu mengikuti lomba olimpiade Matematika dan debat Bahasa Inggris tingkat nasional. Namun, bagaimana bisa? Mereka menganggapku tak akan mampu.
Suatu hari, di bawah terik matahari seluruh siswa berkumpul mendengarkan pengumuman dari Ketua OSIS.
“Oke, langsung saja pengumumannya bahwa akan ada lomba Olimpiade Matematika dan juga debat Bahasa Inggris tingkat nasional. Bagi yang mau mengikuti lomba ini silahkan hubungi saya, nanti akan kita seleksi,” ucap Ketua OSIS.
Setelah pengumuman selesai, banyak siswa yang berminat dengan lomba tersebut. Mereka berbondong-bondong mendaftarkan diri termasuk aku.
“Orang pendiam sepertimu mana bisa lulus seleksi lomba, apalagi ini tingkat nasional,” ucap salah satu siswa tersenyum sinis.
Aku hanya diam dan bertanya-tanya, mengapa hal seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hariku. Setiap hari mereka selalu mengejekku. Namun, ejekkan mereka membuatku semangat untuk mengikuti lomba tersebut. Setiap hari aku berusaha belajar dengan maksimal supaya lolos seleksi. Pulang sekolah aku langsung belajar sampai larut malam.
Pengumuman lulus seleksi keluar, akhirnya aku pun lolos dari seleksi tersebut dan menjadi perwakilan sekolah mengikuti lomba olimpiade Matematika dan debat Bahasa Inggris ke tingkat nasional. Mereka yang selalu meremehkanku pun tak terima, kicauan mereka semakin menjadi-jadi.
“Orang pendiam sepertimu kok bisa lolos? Pasti kamu nyogok kan? Ayolah jujur saja kamu. Orang pendiam sepertimu tidak akan bisa jadi juara. Lebih baik kamu mundur daripada di sana nanti kamu memalukan.”
Itulah salah satu kicauan mereka yang tidak terima aku menjadi perwakilan sekolah ke tingkat nasional. Aku tidak mempedulikan ucapan mereka. Segala hinaan, ejekkan dari mereka kujadikan motivasi supaya lebih semangat lagi menggapai impianku dan bisa mengharumkan nama sekolah bahkan membanggakan orang tua.
Hari yang ditunggu-tunggu datang, aku berada di Jakarta mengikuti lomba tersebut dengan baik. Keringat mengucur di seluruh tubuhku, jantungku berdegup dengan kencang menunggu hasil. Sangat mengejutkan ternyata aku mendapat peringkat pertama Olimpiade Matematika dan debat bahasa Inggris tingkat nasional. Bulir air mata menetes di pipiku, aku bersyukur bisa menjadi peringkat pertama. Aku telah membuktikan bahwa orang pendiam juga bisa menuai sebuah prestasi. Dan yang lebih penting adalah janganlah menilai seseorang dari apa yang kau lihat.
–
Oleh: Novia Purnama Sari
Foto: by Tegan Mierle on Unsplash