Pernahkah kalian mengirim voice note kepada teman lalu ketika ingin mendengar ulang suara kalian merasa geli dan aneh dengan suara sendiri? Atau pernahkah ketika sedang menyanyi sendiri, merasa bahwa suara kita sangatlah merdu hingga ingin merekamnya. Namun, ketika memutar ulang rekaman suara ketika kita menyanyi justru terdengar seperti suara tikus yang terjepit atau mungkin kaset yang sudah rusak? Kita mungkin merasa bahwa hasil rekaman suara kita terdengar lebih cempreng, melengking, atau bahkan fals dibandingkan dengan suara kita sehari-hari. Lalu, apakah memang benar seperti itu suara kita yang terdengar oleh orang lain? Atau jangan-jangan kita ditipu oleh alat perekam suara?
Jawabannya, selama alat perekam suara yang kita gunakan tidak mengalami kerusakan, maka memang seperti itulah suara kita terdengar oleh orang lain. Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi?
Saat kita bicara, suara kita akan merambat sebagai gelombang di udara. Agar dapat dikenali sebagai suara kita, gelombang tersebut harus melalui perjalanan panjang menuju otak orang lain yang akan mendengar suara kita. Pertama, gelombang ditanggap oleh daun telinga dan disalurkan melalui kanal panjang menuju gendang telinga, di sinilah gelombang diubah menjadi getaran. Selanjutnya, getaran tersebut harus menjelajahi tiga tulang pendengaran. Lalu, begitu tiba di koklea atau rumah siput, frekuensi atau banyaknya jumlah getaran akan disesuaikan. Akhirnya, getaran dibawa menuju otak untuk diproses dan dikenali.
Baca juga
- Santri Memanggil: Santri Bergerak Seruan Aksi Damai
- SANTRI PUTRI MENDUNIA
- Puncak Harlah Komplek Q Ke-35
- Bersama Lora Ismael Al-Kholilie: Santri Masa Kini Masih Kurang Literasi, Jangan Ya Dek Ya!
- Ngalap Berkah: Sambung Silaturahmi Komplek Q Yogyakarta dan PTYQ Menawan Kudus
Pada waktu yang sama, hal berbeda terjadi pada kita. Rupanya, otak kita tidak hanya memproses getaran dari suara kita yang merambat di udara. Saat bersuara, pita suara kita memproduksi getaran yang dapat merambat melalui tulang-tulang. Begitu sampai di tengkorak, ruang akustik rongga kepala kita menurunkan frekuensi getaran sebelum dikirim ke sistem pendengaran dalam kita. Akibatnya, otak kita menerjemahkan getaran-getaran tersebut menjadi suara yang lebih ngebass dan merdu. Jadi sementara teman kita hanya mendengar dari satu sumber suara, kita mendengar perpaduan dari dua sumber yang berbeda.
Jadi, apabila selama ini kita merasa punya suara terindah sedunia, mungkin kita memang hanya jemawa saja. Nyatanya, otak kita memang tidak memiliki rumus pasti dalam menentukan hal apa yang kita sukai maupun tidak.
Menurut ahli matematika dan filsuf penerima Nobel bernama Bertrand Russell, persepsi kita dalam menilai sesuatu itu sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman kita. Umumnya, kita akan lebih menyukai hal yang sudah akrab dengan kita dibanding dengan hal yang masih asing. Jadi, tak perlu berkecil hati ketika mendengar rekaman suara kita. Karena, bagi orang-orang terdekat kita, suara rekaman yang kita benci itulah yang akrab di telinga merka. Jadi, tidak perlu mengikuti les vokal agar kita mendapat suara yang lebih baik, karena toh nantinya teman-teman dan orang terdekat kita akan lebih menyukai suara kita yang sekarang.
Oleh: Nur Kholifah
Photo by Jason Rosewell on Unsplash
Sumber: Kanal YouTube Kok Bisa?