KH. HASYIM ASY’ARI, SANG ULAMA PEMIKIR DAN TELADAN UMAT

Diposting pada

Tokoh ulama pemikir dan pejuang, yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, KH. Hasyim Asy’ari, tercatat lahir pada 4 Robiul Awwal 1292 H. /10 April 1875, di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Beliau merupakan putra pasangan Kyai Asy’ari dan Nyai Halimah. Sejak kecil KH. Hasyim Asy’ari diasuh dan dididik oleh ayah dan ibunya serta kakeknya, Kyai Usman, pengasuh Pesantren Gedang di selatan Jombang, dengan nilai-nilai dasar tradisi Islam yang kokoh. Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan KH. Hasyim Asy’ari sudah terlihat.

Ketika berusia 13 tahun, beliau sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar dari dirinya. Barulah pada usia 15 tahun, Kyai Hasyim remaja mengawali belajar ke beberapa pondok pesantren yang masyhur di Jawa Timur. Karena kecerdasannya, Kyai Hasyim tidak pernah lama belajar di satu pesantren, karena semua mata pelajaran telah tuntas dipelajari dalam waktu tidak sampai satu tahun. Begitulah, beliau belajar dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain sebagai Santri Kelana. Di antara pondok pesantren yang pernah disinggahi untuk diserap ilmunya adalah Pondok Pesantren Wonorejo di Jombang, Wonokoyo di Probolinggo, Trenggilis di Surabaya, Langitan di Tuban, dan Bangkalan di Madura, yang diasuh Kyai Muhammad Khalil bin Abdul Latif. 

Setelah menuntut ilmu dari pesantren ke pesantren selama 5 tahun, akhirnya beliau belajar di Pesantren Siwalan, Sono, Sidoarjo, di bawah bimbingan Kyai Ya’qub. Setelah menyerap ilmu selama setahun, dalam usia 21 tahun, Kyai Hasyim Asy’ari diambil menantu oleh Kyai Ya’qub dan dinikahkan dengan putrinya. Tidak lama setelah menikah, Kyai Hasyim bersama isterinya berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Tujuh bulan di Makkah, istri dan putranya meninggal, sehingga Kyai Hasyim kembali ke tanah air. Tahun 1893, Kyai Hasyim Asy’ari berangkat lagi ke tanah suci. Sejak itulah ia menetap di Makkah selama 7 tahun dan berguru kepada para syekh di sana. 

Baca juga

Tahun 1899, KH. Hasyim Asy’ari pulang ke tanah air dan mengajar di pesantren milik kakeknya, Kyai Usman di Gedang. Tidak lama kemudian KH. Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. KH. Hasyim Asy’ari ternyata bukan hanya ulama yang luas pengetahuan agamanya, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tidak jarang pergi ke Surabaya untuk berdagang kuda, besi, dan menjual hasil pertaniannya. Kecerdasan dan keluasan ilmu yang dimiliki KH. Hasyim Asy’ari menjadikan pesantrennya didatangi para kyai muda dan santri-santri dari berbagai penjuru negeri untuk menuntut ilmu. 

Dengan memberikan keteladanan dalam berpikir, berbicara, bersikap, dan bertindak, membuat para kyai dan santri yang belajar semakin meningkat jumlahnya. Di antara tokoh ulama yang belajar kepada KH. Hasyim Asy’ari adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri, Syekh Sa’dullah Al-Maimani (mufti di Bombay, India), Syekh Umar Hamdan (ahli hadis di Makkah), KH. R. Asnawi Kudus, dan masih banyak ulama masyhur lainnya yang ikut belajar kepada Kyai Hasyim. 

(klik page 2 untuk kelanjutannya)