Komplek-Q-Hati-Suhita

Hati Suhita: Lebih dari Sekadar Kisah Roman

Diposting pada

Dalam kisah menarik ini, Alina Suhita menjadi tokoh utama yang terjebak dalam pernikahan yang tidak diinginkan suaminya, Gus Biru. Sejak hari pertama pernikahan, Gus Biru mengaku tidak mencintainya dan setelah tujuh bulan berlalu, Alina belum pernah disentuh olehnya. Namun, di balik masalah rumah tangga yang kompleks ini, terdapat dinamika hubungan yang menggugah perhatian.

Gus Biru yang masih terikat dengan masa lalunya bersama Rengganis, kekasihnya semasa kuliah yang telah bersama-sama merintis komunitas jurnalistik, penerbitan, dan café. Rengganis adalah wanita cerdas, aktivis, dan cantik yang mewarnai kehidupan Gus Biru. Sementara itu, Kang Darma, guru Alina sejak sekolah telah lama menyimpan rasa tulus kepada Alina. Meskipun Alina sadar bahwa Kang Darma bukanlah tandingan bagi Gus Biru, tetapi ia bertekad untuk memenangkan hati suaminya dengan kelembutan dan ketulusan.

Dalam kisah ini, tidak ada karakter yang jahat. Semua karakter terjebak dalam situasi yang rumit. Alina berjuang untuk mendapatkan cinta suaminya, sementara Rengganis diuji dengan keikhlasan dan kelapangan hati untuk merelakan kekasihnya yang menikah dengan Alina. Gus Biru yang berusaha berbakti kepada orang tuanya, dan Kang Darma yang ingin memastikan kebahagiaan Alina.

Novel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengangkat nilai-nilai filosofis Jawa, seperti “mikul duwur mendem jero” yang berarti menjunjung kebaikan setinggi mungkin dan menyimpan keburukan sedalam mungkin.

Sudut Pandang Narasumber

Dalam wawancara dengan Ning Aminah, Lc., M.Ag, kami mendapatkan sudut pandang yang menarik. Beliau menyampaikan bahwa sikap Rengganis yang terhormat menjadi contoh bagi perempuan lain untuk belajar ikhlas saat mencintai. Dari Gus Biru kita belajar bahwa  tidak semua yang diinginkan adalah hal yang dikehendaki Allah.

 

  انا اريد انت تريد والله يفعل ما يريد

(Saya punya keinginan, kamu punya keinginan, tetapi yang berlaku adalah kehendak Allah).

Ning Aminah menekankan pentingnya mencapai tujuan pernikahan selain sakinah (ketentraman), mawaddah (kasih), rahmah (sayang), dan barakah (keberkahan), juga melibatkan maslahah. Poin maslahah ini berkaitan erat dengan Maqashid Al-Syariah (tujuan-tujuan syariat):

  1. Hifdzu Ad-Diin (Menjaga Agama)
  2. Hifdzu An-Nafs (Menjaga Jiwa)
  3. Hifdzu Al-Aql (Menjaga Akal)
  4. Hifdzu An-Nasl (Menjaga Keturunan)
  5. Hifdzu Al-Maal (Menjaga Harta)

Pada akhirnya, tujuan pernikahan adalah beribadah dan mencari ridha dari sang pemilik cinta. Kisah Hati Suhita tidak hanya memikat hati pembaca dengan cerita keluarga, pertemanan, perjuangan, keikhlasan, dan komedinya, tetapi juga mengajak kita merenung tentang makna sejati dalam hubungan dan kehidupan.

 

Wawancara Review Kisah Hati Suhita bersama Ning Aminah, Lc., M.Ag oleh Hanin Nur Laili dan Ria Audina

Penulis : Hanin Nur Laili

Foto: Dokumentasi Pribadi