Definisi puasa adalah menahan diri. Manusia sangat membutuhkan puasa karena untuk menahan diri dari nafsu yang tidak pernah puas dan selalu bertambah.
Ibadah termasuk kegiatan yang dilakukan karena adanya dorongan dan kepatuhan kepada yang mereka yakini, yakni Maha Kuasa dan yakin bahwa kemaslahatan berkaitan erat dengan sikapnya kepada Yang Maha Kuasa. Orang non Islam berpuasa, jika tujuannya untuk beribadah, maka itu tertuju kepada Tuhan.
Puasa bermakna menahan diri dari sesuatu. Termasuk nilai ibadah jika sesuai dengan tujuan puasa yaitu mendidik jasmani dan rohani sehingga tidak cukup hanya menahan diri secara jasmani tapi perlu pengembangan rohani, di antaranya adalah mengendalikan nafsu dan bersahabat dengannya.
Contoh jika ada seorang wanita menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, makanan berlemak. Hal itu disebut dengan puasa karena menahan diri, tidak termasuk ibadah kecuali jika mereka lakukan demi kesehatan dan sebagai bentuk penghambaan kepada Tuhan, maka disebut ibadah.
Terdapat dua tujuan pokok ibadah menurut Islam. Tujuan pertama adalah untuk menyadarkan manusia bahwa ia adalah mahluk dwi dimensi, yang terdiri dari jasmani dan rohani. Semua ibadah dalam Islam bukan hanya hidup memelihara jasmani, tetapi sekaligus rohaninya pun ikut. Tujuan yang kedua yaitu mengingatkan manusia bahwa dia tidak hanya hidup di dunia ini, melainkan dia juga akan menuai atau bertemu dengan balasan ganjaran perbuatannya sesuai dengan amal perbuatan di dunia.
Puasa selain mengingatkan manusia bahwa dia memiliki jasmani dan rohani, juga mendidik manusia agar bisa memelihara jasmani sekaligus rohaninya. Oleh karenanya kita berkewajiban menghindari segala sesuatu yang bisa menghambatnya untuk mencapai ibadah puasa.
Menurut Abi Quraish Shihab ada dua lawan pokok manusia, yaitu nafsu dan setan. Nafsu berada dalam diri manusia sedangkan setan berada di luar diri manusia. Paling berbahaya jika keduanya berkolaborasi. Nafsu musuh kita, tetapi berbeda dengan setan. Nafsu tidak boleh kita bunuh dan tidak boleh kita hilangkan dari diri kita. Kita hanya perlu mengendalikannya. Sedangkan setan itu harus kita musuhi, kalu bisa kita bunuh. Akan tetapi setan tidak bisa kita membunuhnya. Sebagaimana dalam Alquran bahwa setan sudah meminta izin pada Allah suoaya diberi umur panjang sampai berakhirnya kehidupan di dunia ini.
“Nafsu harus kita kendalikan. Jangan bunuh nafsumu. Kendalikan dia dan jadikan sebagai sahabatmu”, tutur Abi Quraish Shihab. Kita butuh nafsu untuk berpuasa, nafsu untuk makan, dan nafsu yang lainnya. Tidak ada keturunan jika tidak ada nafsu seksual. Tidak punya energi jika tidak ada nafsu makan. Peradaban tidak muncul jika tidak ada nafsu unuk meraihnya. Nafsu untuk mengumpulkan uang, nafsu mencintai, dan lainnya.
Nafsu harus dikendalikan supaya tidak melampaui batas. Jika nafsu terus kita turuti tidak akan pernah habis, seperti menggaruk borok, makin kita garuk makin enak, minum air laut semakin kita minum semakin haus. Jadi, jika ingin menggaruk, garuk sedikit. Jangan sampai kelewatan. Kendalikan dorongan nafsu untuk menggaruk terus. Setelah mengendalikan nafsu, bersahabatlah dengannya.
Salah satu bukti orang bertakwa yang mengendalikan nafsu adalah orang yang pandai menahan amarahnya. Amarah itu nafsu, harus yang kita kendalikan. Suatu saat kita membutuhkannya. Jadi marah tidak dilarang, tetapi yang disuruh adalah kendalikan amarah.
Bagaimana menjadikan nafsu itu sebagai sahabat? Dengan cara bernegosiasi dengannya. Pada saat bernego, ajukan usul sesuai dengan tuntunan agama. Contoh ketika berpuasa kita ingin tidur terus, menonton tv, tidak mau mengaji, dan tidak mau belajar.Cobalah untuk mencari solusi atau bernego dengan nafsu dengan cara komitmen pada diri sendiri untuk belajar, mengaji durasi setengah jam setiap hari. Jika tidak konsisten, hukum dia dengan menambah jam belajar menjadi 45 menit misalnya.
Nafsu bisa kita kendalikan melalui tekad. Itulah sebabnya dalam konteks meningkatkan iman dan menguatkan tekad dan hiduplah dilingkungan yang sehat. Bacalah bacaan yang sehat, bergaulah dengan orang yang sehat. Bisa kalau ada tekad.
Tekad itu lebih penting dari kemampuan. Jika punya tekad tapi belum tercapai, carilah dulu pada tekad, baru kemampuan. Kemampuan tidak bisa menimbulkan tekad, tetapi tekad bisa melahirkan kemampuan. Tekad bersama kemampuan mewujudkan sesuatu yang kita kehendaki.
Oleh : Nada F
Sumber : Kanal Youtube