Gus Baha: Menemukan Manisnya Iman dan Sejarah Singkat Kenabian

Diposting pada

Ceramah ini disampaikan oleh KH. Baha’uddin Nur Salim atau yang biasa disapa Gus Baha. Yang mana disampaikan ketika beliau sedang berada di Masjid Sirothol Mustaqim Ansan, Korea Selatan. Beliau membuka ceramahnya dengan menyampaikan bahwa sesungguhnya akal dipaksa untuk menerima kebenaran dan agama harus dimulai dari kesenangan. Sehingga orang yang senang dengan Allah dan rasulnya akan berdampak pada kualitas ibadahnya.

Rasulullah bersabda yang artinya “Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada diri seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman. Pertama, barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya. Kedua, apabila ia mencintai seseorang karena Allah. Ketiga, apabila ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka”.

Cara mencintai Allah menurut Gus Baha ialah dengan menghitung hidup sehari, yakinkan pada diri bahwa beramallah untuk akhirat seakan-akan esok meninggal. Konsep ini merupakan salah satu cara agar kita selalu mengingat akhirat dan menghindari maksiat. Orang yang gemar bermaksiat sesungguhnya hatinya sudah keras, karena menganggap bahwa hidupnya masih panjang, sehingga dirinya tidak segan-segan berbuat maksiat. Beliau menyampaikan bahwa dalam mempelajari ajaran Islam itu harus kafah atau menyeluruh dan tidak boleh setengah-setengah. 

Di sela-sela ceramahnya, beliau menyampaikan sedikit sejarah kenabian yang dialami oleh Nabi Muhammad saw.. Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah berumur 20 tahun beliau bekerja menjual dagangan milik Khadijah yang ditemani Maisaroh, pembantu Khadijah. Khadijah memilih Rasul untuk menjual dagangannya karena ia ingin membuktikan bahwa Nabi Muhammad ialah benar-benar Nabi akhir zaman seperti yang ia pelajari di Kitab Injil asli milik pamannya (Waraqah bin Naufal).

Ternyata benar ciri-ciri kenabian ada di dalam diri Nabi Muhammad saat itu. Singkat cerita ketika Nabi Muhammad telah berusia 25 tahun, Khadijah memberanikan diri untuk melamar Nabi Muhammad melalui ajudannya (Maisarah), dan Khadijah pun menikah dengan Nabi Muhammad ketika Khadijah berusia 40 tahun.

Ketika Nabi Muhammad telah berusia 40 tahun mulailah beliau mendapat wahyu melalui Malaikat Jibril. Dengan kecerdasannya, Khadijah menguji Jibril untuk membenarkan bahwa orang yang dikatakan sebagai Jibril adalah benar-benar Malaikat Jibril yang diberi tugas oleh Allah untuk menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad dan ternyata benar orang tersebut ialah Malaikat Jibril. Sejak saat itu, Khadijah selalu membenarkan terhadap apapun yang diterima Nabi Muhammad dari Malaikat Jibril. Maka dari itu dalam sejarah, kaum perempuan yang pertama kali membenarkan dan meyakini agama Islam ialah Khadijah.

Baca juga

Di samping itu orang yang pertama kali masuk Islam dari kaum orang tua ialah Abu Bakar As-Shiddiq. Beliau memiliki sifat yang lembut dan sopan santun, segala yang ia miliki ia kerahkan untuk kelancaran dakwah Nabi Muhammad saw. dan selalu menemani nabi dalam mensyiarkan ajaran Islam. Saat itu dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena pengikut Nabi masih sedikit dan ancaman dari kaum kafir Quraisy masih belum dapat dibendung. Singkat cerita, dengan izin Allah, Umar bin Khattab yang dijuluki sebagai Singa Padang Pasir meyakini ajaran Nabi Muhammad, bersamaan dengan itu Allah menurunkan QS. Al-Hijr: 94 agar Nabi Muhammad saw.nberdakwah secara terang-terangan. Karena Islam sudah dibentengi oleh kekuatan dari Umar bin Khattab, hal ini membuat kaum kafir Quraisy tidak semena-mena mengancam dakwah nabi.

Islam membutuhkan orang-orang yang seperti Abu Bakar as-shiddiq dan Umar bin Khattab yang masing-masing memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan Islam. Karena ada kebaikan yang hanya terwakili oleh sifat, seperti Abu Bakar dan adapula kebaikan yang hanya terwakili oleh orang yang bersifat, seperti Umar. Pada intinya tidak perlu memperdebatkan perbedaan sifat yang penting ialah niat yang baik dalam menegakkan agama Allah. Mayoritas mufasir mengatakan bahwa dalam maqolah yang lemah lembut terdapat dosa di dalamnya dan dalam tegas juga terdapat dosa di dalamnya. Jadi, manusia tidak bisa dikatakan sempurna, semua diciptakan untuk saling melengkapi.

Maka dari itu sesungguhnya Islam harus dibawa secara mudah dan logis, tidak bertentangan dengan ajaran ulama terdahulu, serta tidak mempertentangkan perbedaan yang ada selama masih bertauhid kepada Allah. Dalam beragama juga harus diniatkan untuk menjadi saleh. Dalam ceramahnya, beliau menyampaikan bahwa yang selamat di hari Mahsyar sebagaimana dalam firman Allah ialah orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat. Maksud dari hati yang selamat ialah melihat kelompok lain atau perbedaan yang ada pada orang lain dengan insaf, dengan kesadaran bahwa perbedaan adalah anugerah yang harus kita hormati dan rangkul agar tidak menjadi perdebatan. Sehingga kita dapat mencintai orang lain dengan landasan karena Allah.

Beliau juga menyampaikan bahwa timbulnya kerusakan pada zaman dahulu ialah karena banyaknya pertanyaan, khususnya pertanyaan yang menyinggung syariat Islam yang telah ditetapkan oleh Allah. Semua yang diperintahkan oleh Allah pasti ada hikmahnya, namun hikmah tersebut jangan dijadikan sebagai tujuan. Hal ini demi menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda. Jadikanlah perintah Allah sebagai jalan untuk dekat dengan Allah, sebagai bentuk pengabdian kepada Allah sehingga manisnya iman dapat kita jumpai di kehidupan. 

Oleh: Syarifah Rufaida

Photo by طفاف ابوماجدالسويدي on Unsplash

Sumber:

https://youtu.be/2wx-SyepK3Y

almanhaj.or.id