Sebagai manusia, memikirkan banyak hal adalah kodratnya. Karena Tuhan menciptakan akal kita tidak lain dan tidak bukan untuk berpikir. Terlebih di akhir usia belasan atau usia 20-an, usia-usia rentan terhadap isi pikiran. Ketika melihat teman sekitar sudah mulai bergerak dan kita merasa masih stuck di situ-situ saja. Itu yang membuat kita pasti berfikir “Masa depanku nanti akan seperti apa ya?”, “Kalau masih begini-begini saja, nantinya aku akan jadi apa ya?”. Pikiran itu semua yang akhirnya membuat kita menjadi overthinking yang berujung cemas berlebih. Bahkan bisa membuat kita menjadi hopeless atau putus asa dengan masa depan. Akhirnya kita lebih fokus dengan overthinking-nya itu dari pada memulai bertindak. Sebetulnya, mengapa ini semua bisa terjadi?
Putus asa adalah hal yang wajar, ketika kita menemukan suatu masalah yang cukup besar dalam hidup kita. Namun, putus asa akan menjadi berbahaya pada kesehatan mental kita, jika terjadi terus menerus dipikirkan. Putus asa yang berlebihan akan berakibat pada terbunuhnya rasa percaya bahwa dibalik ini semua, ada harapan baik yang kita dapat di masa depan.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa keputusasaan muncul karena pemikiran yang berulang. Di mana kita hanya memikirkan sesuatu yang buruk akan masa depan, yang menjadikan kita akhirnya berfikir “Ah, kayaknya gak bisa”, “kayaknya ini akan gagal”. Meski pertanyaan-pertanyaan ini tidak selamanya berujung membuat depresi, namun pikiran-pikiran seperti ini harus diselesaikan. Bagiamana cara mengatasinya?
Pertama, mengakui apa yang sedang dipikirkan, sadar, dan menerima dengan pikiran positif yang sedang dipikirkan. Kedua, pelan-pelan untuk merefleksikan diri dengan memahami pola pikir kita sendiri, dan mencari sebab apa yang membuat kita bisa berfikir negatif yang berujung cemas dan overthinking. Biasanya overthinking ini memiliki pola ketika muncul, seperti saat malam hari dan hendak tidur. Dengan mencari tahu pola kemunculan overthinking ini, maka kita jadi tahu apa yang membuat pikiran negatif itu muncul. Ketiga, setelah kita tahu apa sebab kita overthinking, kita tinggal mengatur strategi bagaimana cara menata dan mengendalikan pikiran negatif tersebut.
Baca juga
- Santri Memanggil: Santri Bergerak Seruan Aksi Damai
- SANTRI PUTRI MENDUNIA
- Puncak Harlah Komplek Q Ke-35
Dari pikiran negatif itu, dalam otak kita cenderung muncul banyak kata-kata yang dapat membuat kita semakin terjebak dalam overthinking itu. Seperti kata “Seharusnya aku begini bukan begitu”. Kata “seharusnya” ini seakan-akan mengharuskan kita untuk berbuat dan menghasilkan sesuatu yang sama persis dengan apa yang kita pikirkan. Akhirnya, ketika yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan tadi, kita akan kecewa. Cobalah pelan-pelan kita ubah pola pikir kita, bicara pada diri kita sendiri, mengakui kesalahan yang terjadi, dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Hal ini akan lebih membuat diri kita termotivasi untuk menjadi diri kita sendiri akan melakukan hal-hal yang lebih baik.
Daripada kita stuck pada overthinking itu, lebih baik kita membuat langkah-langkah menuju hal-hal yang baik. Tetaplah berjalan, pelan-pelan saja, tidak perlu terburu. Semangat!
Oleh: Nadiya Qothrunnada
Sumber : https://youtu.be/UlpRINQ7MwE
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay