Menjadi Hamba yang Beruntung di Bulan Sya’ban

Diposting pada 49 views

Bulan Sya’ban yang dalam bahasa jawa dikenal sebagai bulan Ruwah yang berasal dari kata ‘arwah’ yang mengacu pada roh atau jiwa yang telah meninggal. Menurut budayawan, Raden Tumenggung Tondonagoro, ‘ruwah’ berasal dari ungkapan ‘meruhi arwah’ yang berarti berziarah atau mengunjungi makam leluhur yang telah berpulang bertujuan untuk mengirim doa.

Menurut ajaran Rasulullah, ziarah kubur yang identik dilaksanakan di bulan Sya’ban tidak sekedar untuk mengirim doa, namun sebagai pengingat bahwa kematian begitu dekat dengan kita. Dengan mengingat kematian, maka akan menjauhkan diri dari keburukan dan mendekatkan pada keikhklasan untuk membuat kebaikan.

Rahasia Keistimewaan Bulan Sya’ban

Bulan Sya’ban merupakan bulan yang memiliki keistimewaan dan keajaiban yang sedikit tersembunyi. Letaknya yang dihimpit oleh bulan Rajab dan bulan Ramadhan, dua bulan yang dimuliakan Allah SWT, menjadi salah satu fakta kuat mengapa bulan Sya’ban menjadi bulan yang mengandung banyak keberkahan dan keistimewaan.

Tahukah teman-teman bahwa bulan Sya’ban merupakan waktu dimana amal dan pahalaa diangkat ke langit?. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Usaimah Ibn Zaid, dikatakan diriwayatkan juga oleh Abu Dawud dan Ibn Khuzaimah. Berikut dalilnya.

Usamah ibn Zaid ra. berkata, aku bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa satu bulan dari bulan yang lain sebagaimana engkau puasa pada bulan Sya’ban?”, Rasulullah bersabda, “Bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilupakan. Ia berada di antara Rajab dan Ramadan. Di bulan itulah amal perbuatan manusia diangkat ke sisi Tuhan pengatur seluruh alam. Karena itu saya senang saat amal perbuatanku diangkat saya sedang berpuasa”.

Hadiah dari Allah SWT bagi yang Memuliakan Bulan Sya’ban

Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa kebaikan-kebaikan bulan Sya’ban tidak hanya sebagai amalan harian semata, namun Allah SWT janjikan hadiah dibalik itu semua. Lalu amalan seperti apa yang berpotensi akan diberi hadiah oleh Allah SWT?. Jawabannya sangat simpel. Yap! Puasa.

Rasulullah Saw mencontohkan untuk banyak berpuasa di bulan Sya’ban selain dalam rangka diangkatnya amal ke langit, berpuasa di bulan Sya’ban juga menjadi waktu untuk melatih tubuh serta mental untuk  melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan. Maasya Allah, ternyata begitu banyak keistimewaan bulan Sya’ban tidak hanya mempererat chemistry dengan Allah Swt, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas diri.

Tiga Alasan Pentingnya Bulan Sya’ban

Menurut Kitab Halul Mu’minin Fii Sya’ban karya Syekh Muhammad Ad-Dabisi yang membahas keadaan orang beriman hingga mendapat ampunan dan rahmat dari Allah SWT, bahwa terdapat tiga alasan pentingnya  bulan Sya’ban, berikut penjelasannya.

Yang pertama, sebagai persiapan menyambut bulan Ramadhan Persiapan-persiapan yang dilakukan ini meliputi pembiasaan fisik hingga pembiasaan melaksanakan amalan dan ibadah yang lebih intensif dibanding bulan-bulan lainnya

Kedua, yaitu mengisi bulan Sya’ban dengan ketaatan dan amal saleh yang dengan hal tersebut, Allah dapat mengangkat bencana dari orang-orang beriman. Perlu digaris bawahi, bahwa kemuliaan bulan Sya’ban hanya dapat dirasakan oleh orang yang beriman kepada Allah SWT. Sungguh beruntungnya kita mendapatkan anugerah iman dari Allah SWT. Maka, hendaknya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memperbanyak kebaikan serta memperbanyak syukur.

Yang ketiga, memenuhi janji orang-orang beriman kepada Allah SWT untuk mempersiapkan bertemu bulan Ramadhan. (Muhammad Ad-Dabisi, Halul Mu’minin fi Sya’ban, [Kairo: Maydan Thurisayna Ad-Dzahir], halaman 7-17)

 

Dari narasi di atas, dapat disimpulkan bahwa siapapun dari kita yang mendapatkan kesempatan bertemu bulan Sya’ban merupakan manusia yang beruntung. Sebab, kemuliaan bulan Sya’ban tidak hanya sebuah maqolah saja, namun telah dipraktekkan langsung oleh Rasulullah Saw. Perbanyak munajat, beramal sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya sehingga Allah SWT memberikan hadiah berupa ampunan dan rahmat. Mumpung masih ada waktu nih teman-teman, jangan sampai kita tergolong hamba yang merugi, ya!.

Penulis: Manazila Ruhma

Dokumentasi: Pinterest