Bulan Sya’ban yang dalam bahasa jawa dikenal sebagai bulan Ruwah yang berasal dari kata ‘arwah’ yang mengacu pada roh atau jiwa yang telah meninggal. Menurut budayawan, Raden Tumenggung Tondonagoro, ‘ruwah’ berasal dari ungkapan ‘meruhi arwah’ yang berarti berziarah atau mengunjungi makam leluhur yang telah berpulang bertujuan untuk mengirim doa. Menurut

“Sesungguhnya Allah SWT memperhatikan pada malam nisfu Sya’ban. Maka Dia memberi ampunan kepada semua makhluk-Nya, kecuali kepada orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (H.R. Ibnu Majjah) Tidak terasa satu tahun telah terlewati sejak malam nisfu Sya’ban 1444 H lalu. Malam nisfu Sya’ban sendiri merupakan malam istimewa penuh berkah dan kemuliaan