Nu’aiman merupakan salah seorang sahabat nabi yang ahli badar dan dijamin oleh Allah SWT masuk surga, baik mati syahid maupun masih hidup. Nu’aiman mendapat jaminan ampunan atas kesalahan dan perbuatannya sampai akhir hayat. Sehingga mempunyai keistimewaan tersendiri. Selain itu, Nu’aiman mempunyai karakter yang sangat lucu, selalu membuat ketawa Rasulullah Saw dan para sahabatnya, serta mempunyai sifat yang jail disertai kepolosan dari hati tanpa mikir panjang atas keisengannya itu.
Suatu ketika Nu’aiman tengah duduk bersama para sahabat di serambi masjid Nabawi. Kemudian datanglah seorang Badui- orang dari dusun dengan naik unta yang gemuk dan ingin bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. Kemudian unta itu diparkir di depan masjid dengan cara ditali di pohon. Masuklah orang Badui itu menemui Rasulullah Saw. Setelah itu, Nu’aiman dan para sahabatnya ngobrol-ngobrol tentang unta gemuk itu sampai timbul hasrat untuk menyembelih dan memakannya karena mereka sudah berpikiran bahwa nantinya Rasulullah Saw. akan mengganti rugi unta yang disembelih itu.
Nu’aiman terprovokasi oleh omongan sahabat. Tanpa berpikir panjang, Nu’aiman langsung menghampiri dan menyembelih unta itu. Setelah menyembelih, Nu’aiman melarikan diri bersembunyi, karena yang punya unta tampak mau keluar dari masjid. Begitu keluar, ia melihat untanya terkapar. Maka teriaklah tamu tersebut “Ya Rasulullah, unta saya disembelih”. Kemudian Rasulullah Saw bertanya kepada sahabat bahwa Nu’aimanlah pelaku penyembelihan unta milik tamu nabi. Nu’aiman terus dicari dan ada informasi bahwa Nu’aiman sedang bersembunyi di depan rumah sahabat dan masuk ke dalam lubang parit yang tertutup dengan dahan pelepah kurma.
“Ya Rasulullah, saya gak tau Nu’aiman dimana” (sambil menunjuk lubang), kata sahabat yang tau keberadaan Nu’aiman. Sahabat berkata seperti itu supaya membuat Nu’aiman merasa tenang. Kemudian nabi berjalan menghampiri lubang itu dan rasulullah langsung membuka pelepah tadi. Akhirnya ketemulah Nu’aiman.
Ditanyalah Nu’aiman oleh nabi “Kenapa kamu menyembelih unta tamu saya?”
Nu’aiman menjawab “Ya Rasulullah, yang nyuruh ya yang ngasih tau jenengan disini, ya itu orangnya- sahabat.” Nu’aiman dengan polosnya masih tertawa dan Rasulullah melihat muka Nu’aiman penuh debu dan pasir kotor. Dengan tertawa itu, Rasulullah langsung membersihkannya. Setelah itu, Rasulullah langsung menggandengnya supaya menemui tamunya itu. Rasulullah bertanya harga unta yang disembelih Nu’aiman kepada pemilik unta kemudian langsung dibayar. Nabi bukan memarahinya justru tertawa- tidak keluar suara tapi sampai kelihatan gigi geraham pertanda tertawa senang. Sehingga dikatakaan ada suatu riwayat bahwa Nu’aiman masuk surga sambil tertawa karena hidupnya selalu membuat orang lain tertawa, bukan karena melawak tetapi sekedar niatan menyenangkan para sahabat.
Ibrah yang dapat kita ambil dari sahabat Nu’aiman adalah jadilah seseorang yang selalu membuat orang lain senang meskipun diri sendiri sedang sedih, bukan malah menyakiti, baik dengan lisan maupun perbuatan. Karena sejatinya, jika kita membuat senang orang lain maka pahala akan mengalir kepada kita atas kebahagiaan itu.
–
Oleh: Fina Izzatul Muna
Foto oleh Isa Sebastião dari Pexels
Dalam kajian majlis oleh Habib Novel Alaydrus
Sumber: https://youtu.be/koz03Klb338