Nuzulul Qur’an: Menata Niat untuk Memperoleh Keberkahan di Bulan Ramadan

Diposting pada

 “Apakah kita sudah mempersiapkan diri untuk memperoleh keberkahan di bulan ramadhan? Sudah ditargetkan atau belum? Jangan-jangan kita beragama hanya sekedar rutintas dan tanpa target. Karena jika kehilangan target sama saja dengan kita kehilangan niat” tutur KH. Zaky Muhammad, Lc dalam peringatan Nuzulul Qur’an PP Al-Munawwir Komplek Q, Rabu (28/04).

Untuk memperoleh keberkahan di bulan suci ramadan, kita harus menata kembali niat kita. Kita diciptakan untuk ibadah, sehingga semua tindakan kita ditujukan untuk ibadah. Selain itu, kita harus introspeksi diri dan menghitung sejauh mana pencapaian kita, kemudian bertindak dan melakukan sesuatu hingga mencapai tujuan, yaitu memperoleh keberkahan.

Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

[رواه البخاري ومسلم]

“Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu pasti diampuni.” [dalam riwayat lain]: “Siapa saja yang melakukan qiyam [di malam hari] Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu pasti diampuni.” [Hr. Bukhari dan Muslim]

Sebagai bonus atas hasil pencapaian di bulan ramadan adalah dengan memperoleh kemuliaan malam lailatul qadr. Dengan dasar keimanan dan proses pencapaian, kemudian diperhitungkan dan dijadikan pertimbangan apakah kita pantas mendapatkan bonus kemuliaan malam lailatul qadr atau tidak.

Kita dapat menerapkan kunci beragama yang diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk mencapai keberkahan, yaitu dengan adanya perpaduan antara Iman, Islam, dan Ihsan. Iman sebagai modal dalam beragama, Islam sebagai bentuk proses beragama, dan Ihsan yang merupakan hasil dari modal dan proses beragama. Kunci beragama tersebut kemudian diterapkan dalam perintah berpuasa yaitu orang yang mempunyai modal keimanan, kemudian melakukan proses berislamnya dengan cara berpuasa sehingga mendapatkan ihsan yang berupa takwa.

Selain kunci beragama tersebut, kita juga perlu menggenapkan proses perjalanan untuk mencapai keberkahan dengan memperoleh syafa’ah. Syafa’ah bisa berasal dari berbagai sumber, dan yang pasti syafa’ah merupakan hak prerogratif Allah hendak diberikan kepada siapa. Sebagai contoh Nabi mendapatkan syafa’ah dan dapat mensyafa’ati, para ulama mendapatkan syafa’ah dan dapat mensyafa’ati, ahlul quran mendapatkan syafa’ah dan dapat mensyafa’ati. Ada riwayat hadis yang menyebutkan bahwa satu orang bisa mendapatkan 70.000 syafa’ah yang dapat dibagikan kepada pengikutnya. Dengan begitu kita harus mengikuti para ulama atau guru kita yang sanad keilmuannya sampai ke Rasulullah saw.

Pada bulan ramadan terutama pada malam turunnya al-Qur’an sangat disayangkan bila kita melewatkannya dengan begitu saja tanpa memaksimalkan usaha untuk mencapai keberkahan. Kita dapat memaksimalkan amalan dengan menjadikan setiap kegiatan yang kita lakukan sebagai batu loncatan dalam beribadah, dan menjadikan semua tujuan semata-mata hanya untuk Allah.

Oleh: Nina

Disarikan dari pengajian peringatan Nuzulul Qur’an oleh KH. Zaky Muhammad, Lc

Photo by Ahmet Polat from Pexels