Berbagai perdebatan terkait segala aspek masalah kehidupan seperti agama, sosial, budaya hingga politik dapat kita temukan di seluruh platform media sosial. Perbedaan pendapat kerap kali menghasilkan pertikaian secara online di kolom komentar dan masing-masing berlomba-lomba membela diri bahwa pendapatnya adalah benar. Seringkali kita temui terkait masalah pelanggaran norma agama dan budaya yang dibela kebebasannya di media sosial, seperti pembelaan mengenai LGBT, seks bebas pranikah, hingga penyimpangan lainya yang seakan dilegalkan.
Kerap kali beberapa orang yang menyatakan tidak setuju dan mengkritisi penyimpangan tersebut dengan pedoman agama ditolak argumennya dan dikatakan close minded. Orang-orang tersebut sering juga menamai dirinya sebagai kaum yang open minded. Menurut beberapa kaum open minded yang seringkali berkomentar di media sosial seks bebas dan LGBT itu hal yang wajar. Malah kerap kali nikah muda, perempuan muslim memakai niqab, dan laki-laki muslim berjenggot dengan celana cingkrang dianggap sebagai musim yang radikalis, padahal kan belum tentu. Lantas sebenarnya bagaimana sih definisi dari open minded itu sendiri?
Sebenarnya open minded merupakan suatu pikiran yang terbuka dengan sebagai tanda kematangan emosional dan pikiran seseorang. Open minded berarti memiliki pemikiran yang terbuka terhadap suatu perbedaan tanpa menjustifikasi perbedaan tersebut. Menjadi open minded berarti sadar bahwa bisa jadi pendapat yang dipikirkan itu benar bisa juga keliru. Open minded juga melihat suatu persoalan dari berbagai sisi, bukan hanya satu. Selain itu, open minded berkaitan erat dengan toleransi. Menerima pendapat oranglain selagi pendapat dan perbuatannya tidak merugikan bagi orang yang lainnya.
Menjadi open minded itu bukan perkara yang mudah semudah menyetujui pelanggaran norma-norma agama dan budaya yang berlaku dan memaksakan kehendak orang lain untuk memiliki opini yang sama. Secara naluriah memang setiap individu akan selalu mempertahankan opini yang dirasanya benar, kemudian melakukan berbagai penelusuran dengan memperkuat argumen yang ia bangun sendiri ketimbang berusaha untuk tetap objektif dalam menilai argumen-argumen yang lain untuk dijadikan hipotesis alternatif.
Hal yang sangat disayangkan jika oleh beberapa orang yang mengakui dirinya sebagai open minded dengan menjadi pribadi yang tertutup terhadap pemikiran yang berbeda menggeser arti dari open minded itu sendiri. Untuk mengklaim diri sebagai open minded berarti harus siap untuk berpikir jernih dalam melihat berbagai perspektif yang ada dengan konsep dan kacamata yang jauh berbeda. Pemaksaan terhadap kebenaran sebuah logika hanya akan menimbulkan konflik sosial yang baru. Fondasi dari memiliki pemikiran terbuka adalah bagaimana seseorang dapat mencerna berbagai ide yang dihasilkan dari sudut pandang yang berbeda. Tidak boleh mecela terhadap perbedaan dan tidak boleh serta merta ketika sepaham.
Dengan pemikiran yang lebih terbuka menjadi sinyal bagi seseorang untuk naik kelas dalam melihat dimensi kehidupan yang kompleks dan terkadang sangat abstrak.
Oleh: Avita
Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels