Perempuan dan iklim memiliki keterkaitan yang erat. Perempuan adalah kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim karena mereka sering kali berada di garis depan dalam menghadapi dampak perubahan iklim, seperti kekeringan, banjir, dan peningkatan suhu. Perempuan juga seringkali bergantung pada sumber daya alam seperti air dan tanah untuk penghidupan mereka dan keluarga, sehingga mereka lebih terdampak oleh perubahan iklim yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas sumber daya tersebut.
Namun, perempuan juga dapat menjadi agen perubahan penting dalam mengatasi krisis iklim. Studi menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung mengambil tindakan untuk mengurangi emisi karbon dan menerapkan praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga berperan penting dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim. Selain itu, perempuan juga dapat berperan sebagai pemimpin dalam gerakan lingkungan dan mengadvokasi kebijakan publik yang berkelanjutan.
Tulisan ini dipersembahkan spesial untuk memperingati hari lahir putri Jawa pejuang emansipasi wanita pada masanya, beliau R.A. Kartini. Dalam literatur sejarah, beliau dikenal sebagai salah satu tokoh pahlawan Wanita Indonesia. Mengutip kalimat R.A. Kartini, “Tahukah engkau semboyanku? ‘Aku mau!’ Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintas gunung keberatan dan kesusahan.” Semboyan “Aku mau!” tersebut merupakan semangat dan tekad yang kuat dari R.A. Kartini untuk memperjuangkan hak-hak perempuan pada masanya. Peran perempuan dalam mengatasi perubahan iklim dapat dikaitkan dengan semboyan “Aku mau!” yang menjadi semboyan perjuangan sosial dan lingkungan. Semboyan ini mengandung semangat untuk berani mengambil tindakan dan menghadapi tantangan, meskipun dihadapkan dengan keberatan dan kesusahan yang besar.
PEREMPUAN DAN SAMPAH RUMAH TANGGA
Saat ini dunia menghasilkan sampah dalam jumlah yang sangat besar, sekitar 2 milyar ton per tahun. Sebagain besar dari jumlah tersebut tidak didaur ulang, yang kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan. Tidak hanya itu, timbunan sampah padat yang tidak didaur ulang juga menyebabkan emisi karbon yang besar. Di Indonesia sendiri diperkirakan sebanyak 85 ribu ton sampah dihasilkan per harinya, dengan perkiraan kenaikan jumlah dapat mencapai 150 ribu ton per hari pada tahun 2025 mendatang dan jumlah ini didominasi oleh sampah yang berasal dari rumah tangga, yang berkisar 60% hingga 75%. Penumpukan sampah diperkirakan akan bertambah dua kali lipat pada tahun 2050 apabila tidak ada langkah dan kerjasama untuk pengelolaan sampah.
Keberadaan perempuan sangat krusial dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya masalah lingkungan. Sampah plastik merupakan produk petroleum yang berkontribusi atas pemanasan global. Saat plastik dibuat dan dimusnahkan juga menghasilkan karbondioksida sehingga lapisan atmosfer menipis serta meningkatkan emisi karbon di dalam bumi dan menyebabkan lapisan ozon menipis, dampak yang paling dirasakan adalah meningkatnya suhu bumi. Kegiatan pengelolaan sampah juga memungkinkan meredam kekerasan terhadap perempuan dari segi ekonomi keluarga. Hal tersebut dapat disalurkan dengan menghasilkan prakarya dan aktivitas di program bank sampah. Di sisi lain, perempuan yang mengelola sampahnya menjadi mengerti tentang kesehatan lingkungan dan hidup ramah lingkungan.
PEREMPUAN DAN ZERO WASTE
Ketika makan di luar, rasanya sungkan untuk meminta membawa makanan yang tidak habis, belum lagi aktivitas belanja yang aktif serta kontinu. Ternyata makanan yang tersisa dan menumpuk dalam jumlah besar akan menghasilkan gas metana yang dapat membentuk gas rumah kaca yang menjadi salah satu pemicu pemanasan global. Jangan lewatkan kantung plastik/bungkus makanan yang terbuat dari plastik dalam jumlah yang besar dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Ingat pesan Ibu “makan harus dihabiskan, sebab mubazir”, ternyata menyimpan banyak makna.
Perempuan berdaya bisa memulai dari dirinya sendiri, dengan menghabiskan makanan, membawa tempat makan, dan membawa kantung belanja sebagai upaya kepedulian terhadap lingkungan. Selain sisa makanan yang dapat menghasilkan gas metana, plastik yang digunakan untuk membawa makananpun memberikan efek jangka panjang bagi keselamatan bumi. Dalam hal ini, perempuan bisa membantu mengurangi dampak tersebut dengan membawa tempat makan yang bisa digunakan berulang-ulang. Jadi tidak apa-apa apabila meminta membawa makanan yang tidak habis atau membawa makanan dari luar dengan tempat makan sendiri. Sebab upaya tersebut memiliki tujuan yang baik bagi lingkungan.
PEREMPUAN DAN PEMBALUT
Menurut data yang dihimpun oleh Sustaination, di Indonesia, dalam sehari, sampah pembalut saja bisa mencapai 26 ton. Dalam sehari, rata-rata perempuan bisa mengganti pembalut sebanyak 3 sampai 5 kali. Sementara, menurut laman OrganiCup, satu perempuan akan menghasilkan 11.000 pembalut sekali pakai seumur hidupnya. Pembalut sekali pakai terbuat dari bahan plastik yang diproduksi secara industrial dan menyebabkannya sulit terurai. Satu pembalut saja membutuhkan waktu sekitar 500-800 tahun untuk terurai. Karena terbuat dari bahan yang tak mudah terurai. Sementara sampah pembalut yang teronggok lambat laun dapat mengeluarkan gas metana. Dikutip dari sebuah penelitian University of Exeter, metana merupakan salah satu unsur dalam gas rumah kaca yang menyebabkan kenaikan temperatur di permukaan bumi. Metana memiliki kekuatan 25 kali lipat lebih dahsyat dalam menyebabkan pemanasan global ketimbang karbon dioksida.
Perempuan berdaya bisa beralih menggunakan pembalut sekali pakai ke pembalut kain. Pembalut reusable merupakan salah satu alternatif bagi perempuan yang ingin mengganti pembalut konvensional dengan yang lain. Tanpa bahan kimia, awet bahkan bisa lebih dari 10 tahun digunakan, tidak perlu takut bocor dan mudah dicuci. Pembalut kain biasanya terbuat dari bantalan kapas dan kain yang lembut, penggunaan pembalut kain dari segi kesehatan sama saja dengan penggunaan pembalut sekali pakai, hanya saja pembalut kain lebih ramah lingkungan dan mengurangi iritasi sebab pembalut kain terbuat dari kain lembut dan minim bahan pengawet, pastinya tidak ada komponen plastik.
PEREMPUAN DAN TUMBLER
Botol plastik merupakan jenis pengemas yang sampahnya sangat sulit diuraikan oleh tanah. Perlu waktu penguraian kurang lebih 80 tahun agar terurai secara sempurna, karena umumnya bahan-bahan untuk membuat botol plastik menggunakan bahan-bahan kimia atau non-biologis. Limbah botol plastik memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Maka sebaiknya kita membawa air minum sendiri dengan tumbler, ini merupakan langkah awal kita untuk menjaga lingkungan dan kesehatan diri sendiri. Dengan membawa air minum sendiri dapat mengurangi jumlah botol plastik yang terbuang. Gaya hidup ramah lingkungan tidak selalu diawali dengan hal-hal yang besar. Dapat diawali dari diri sendiri dan memulainya dari kebiasaan yang simpel, kedepannya hal tersebut bisa menjadi kebiasaan dan membuat orang lain tertarik sehingga menginspirasi banyak orang. Tapi perlu digaris bawahi bahwa penggunaan tumbler sebagai upaya mengurangi sampah harus dibersamai dengan hidup cukup, cukup satu tumbler saja.
CONCLUSION
Perempuan dalam konteks iklim dapat diartikan sebagai upaya untuk memperkuat peran perempuan dalam membangun keberlanjutan dan mengatasi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Perempuan seringkali lebih terdampak oleh dampak perubahan iklim, seperti bencana alam, krisis pangan, dan konflik yang terkait dengan sumber daya alam.
Perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan, termasuk perubahan iklim, sampah rumah tangga, dan zero waste.
Sejatinya salah satu wujud sederhana dari emansipasi yakni ketika perempuan tidak menggantungkan hidupnya kepada siapapun dan belajar lebih mandiri. Sedangkan di dalam lingkup sehari-hari, emansipasi dapat dimulai dari hal-hal yang paling kecil, misalnya dengan menjadi agen perubahan dalam komunitas kecil, seperti di dalam kelompok pertemanan atau di dalam rumah. Oleh karena itu, dengan melakukan hal yang sederhana dan membawa kebaikan dan manfaat bagi lingkungan sekitar sudah merupakan bentuk emansipasi. Emansipasi wanita tidak semata-mata berfokus pada kesetaraan antara hak laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam beragam bidang. Makna sebenarnya dari emansipasi wanita yaitu tentang bagaimana wanita dapat berkembang dan maju dari waktu ke waktu tanpa menghilangkan jati dirinya. Dengan memahami makna emansipasi wanita seutuhnya, wanita turut serta memberikan emansipasi bagi masyarakat dan negara.
Oleh: Ria Audina
Sumber:
Pictured by Mostafa Meraji on Unsplash