Quraish Shihab : Jangan Sekedar Takut pada Allah

Diposting pada

Dalam sebuah acara diskusi, ada seseorang yang bertanya kepada Quraish Shihab “Kita sudah bangun shalat tahajud tengah malam, kita sudah mengaji, dan melakukan ibadah lainnya, tapi kenapa hidup kita belum juga tenang?” orang tersebut kemudian juga menanyakan apa yang harus mereka lakukan agar memperoleh ketenangan hidup. Quraish shihab kemudian menyampaikan tanggapan terkait permasalahan tersebut. 

Beliau berkata, hal pertama yang perlu dilakukan agar memperoleh ketenangan hidup adalah dengan senantiasa berhusnuzan kepada Allah. Jika berprasangka baik kepada Allah, seorang hamba tidak akan iri hati terhadap hamba yang lain dan akan selalu beranggapan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNya. 

Tidak mengandalkan amal juga merupakan bentuk dari husnuzan kepada Allah. Seperti yang dikatakan oleh Sayyidina Umar “Amal saya terlalu kecil, saya tidak pantas masuk surga. Namun, saya berprasangka baik kepada Tuhan. Jika ada pengumuman tidak ada yang masuk neraka kecuali satu orang, saya akan berfikir jangan sampai saya orangnya dan jika ada pengumuman hanya ada satu yang masuk surga, saya harap saya orangnya”. Seorang hamba harus tetap melakukan amalan terbaiknya, namun harus selalu ingat bahwa semua itu tidak bisa diandalkan, yang bisa diandalkan hanyalah rahmat dari Allah. Dengan begitu, manusia akan memperoleh ketenangan hidup.

Baca juga

Selain bagaimana cara memperoleh ketenangan hidup, Quraish Shihab juga menyampaikan mengenai sendi-sendi keberagamaan yang menjadikan manusia dapat beragama dengan baik. Terdapat dua sendi, yang pertama adalah rasa takut sekaligus kagum kepada Allah. Dalam tasawuf disebut Khasyatullah. Terdapat perbedaan antara Khauf dan Khasyah. Khauf, rasa takut itu bisa jadi  menyangkut sesuatu yang tidak diketahui. Namun, jika Khasyah rasa takut itu muncul setelah mengetahui apa atau siapa yang ditakuti. Khasyah merupakan bentuk rasa yang sulit dimiliki, karenanya dijelaskan dalam QS. Fathir ayat 28;

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”

Jika ada ulama yang tidak takut kepada Allah atau tidak kenal dengan Allah dan sifat-sifatnya, maka tidak wajar disebut sebagai ulama. Yang pertama diketahui jika manusia memang beragama, yaitu harus memiliki rasa takut kepada Tuhan dan sewajarnya takut karena kagum kepadaNya. Salah satu sebab kurang berperannya agama adalah karena manusia merasa takut kepada Tuhan tanpa diiringi dengan rasa kagum. Manusia kerap ditakut-takuti oleh agama, diancam dengan dosa dan neraka, bahkan dianggap kafir apabila dirasa berbeda pendapat. Padahal, hakikat beragama bukan begitu. 

Sendi yang kedua, adalah mengenai tugas manusia di bumi, yaitu sebagai khalifah yang membangun bumi. Maksudnya adalah mengantarkan semua yang ada di alam raya menuju tujuan penciptaannya. Manusia harus mencintai bumi, tempat mereka tinggal karena dari situlah mereka terambil dan terbuat. Dalam membangun dan menjaga bumi, manusia harus saling bekerja sama. Tanpa melihat latar belakang agama, selama tujuannya sama mereka harus bersatu. 

Oleh: Husna Nailufar

Sumber : Kanal Youtube “Jangan Sekedar Takut Pada Allah”

Photo by Melanie Wasser on Unsplash