Quraish Shihab: Sudahkah Anda Beragama?

Diposting pada

Sebagian pakar Muslim yang berbangsa Indonesia enggan menamai ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sebagai agama, ugama, maupun igama. Mereka menamainya dengan دين الاسلام (diin al-Islam). Mari kita lihat kata diin ini untuk melihat agama. Dalam bahasa Arab, semua kata yang terdiri dari huruf dal, ya’, dan nun itu menggambarkan hubungan antara dua pihak yang kedudukan salah satunya lebih rendah dari yang lain.

Diin berarti perhitungan, ملك يوم الدين berarti hari perhitungan. Allah yang menghitung, makhluk yang dihitung amal-amalnya. Diin berarti pembalasan. Yang membalas kedudukannya lebih tinggi daripada yang dibalas. دَيْن (dain) berarti hutang. Yang memberi hutang lebih tinggi kedudukannya daripada yang berhutang. Jadi, kesimpulannya diin atau agama itu adalah hubungan antara seseorang dengan pihak lain yang dia hormati, yang dia anggap punya fadhl, atau pun punya jasa terhadapnya. Bisa jadi juga hubungan itu karena ia kagum kepadanya. Kesimpulannya, agama itu hubungan.

Itulah sebabnya ada suatu ungkapan, الدين المعامله (ad-diinu al-mu’amalah), agama itu interaksi. Maka semakin baik interaksi kita, semakin baik keberagamaan kita, begitupun sebaliknya. Yang pasti, jika kita tidak mempunyai hubungan–dengan catatan harus hubungan baik, maka kita tidak beragama. 

Semua orang yang bergama, apapun itu, pasti dia mempunyai hubungan dengan siapa yang dia percayai sebagai Tuhan. Itu juga sebabnya tidak ada agama yang tidak mengenal salat, karena salat merupakan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Pernah suatu ketika pada masa nabi, ada orang-orang musyrik yang berkata, “kita mau masuk Islam tapi tidak usah ada puasa,” nabi lalu diam. “Tidak usah ada zakat,” nabi diam lagi. “Tidak usah ada sholat,” lalu beliau langsung berkata, “tidak ada baiknya satu agama kalau tidak ada salatnya.”

Salat itu mutlak, itu juga sebabnya seorang filosof ahli ilmu jiwa Amerika bernama William James, dia berkata bahwa tidak bisa membayangkan bahwa satu ketika manusia itu tidak salat, walau pun ilmu pengetahuan datang membawa berita bahwa tidak ada gunanya salat, tetapi pasti manusia itu akan salat. Kenapa? Karena ketika kita butuh, tidak ada lagi tempat untuk meminta. Mau kemana kita pergi? Pada akhirnya kita pergi ‘ke atas’, mengharap pada Yang Maha. Jadi, salat itu mutlak dan agama adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Oleh: Nur Kholifah

Sumber: https://youtube.com/watch?v=4mI8QHjOfj8&feature=share

Photo by Haidan on Unsplash