“Agama dalam tinjauan bahasa memiliki definisi beragam, tapi bermuara pada hubungan antara manusia dengan Tuhan. Baik dan buruknya keberagamaan ditentukan dari interaksi manusia dengan Tuhan. Interaksi yang mutlak adalah salat, karena salatlah jalan menyambung hubungan manusia pada Tuhannya.”
Dewasa ini, masyarakat kita bahkan masyarakat Muslim di berbagai negara sering kali berbicara mengenai agama. Baru-baru ini, ketika Quraish Shihab melakukan kunjungan ke Abu Dhabi, di sana membahas tentang agama dan peranannya. Apa sebenarnya peranan agama ini?
Nampaknya, semua menyadari bahwa peranan agama kian mengecil dan berkurang. Salah satu yang dibahas ketika ke luar negeri oleh Majlis Al-Hukama’ yaitu persoalan agama. Dalam forum itu, yang membicarakannya bukan hanya dari kalangan umat Islam. Ketika di Ganeva, pertemuan dilakukan dengan orang-orang Kristen Protestan, di Italia dengan orang Kristen Katolik, dan di Abu Dhabi dengan orang-orang Anglikan, Ortodoks. Mereka semua merasa bahwa ada kekurangan dalam peranan yang seharusnya dilakukan oleh agama. Adakah peranan agama dalam memantapkan nilai-nilai akhlak? Adakah peranan agama dalam mengukuhkan rasa nasionalisme?
Berbicara soal agama dalam peranannya itu, yang pertama, kalau kita ingin mendefinisikan agama, maka akan sangat sulit kalau kita enggan mengatakan mustahil. Karena apabila kita akan mendefiniskan sesuatu, kita harus mengetahui segala yang berkaitan dengan yang akan didefinisikan dan mengeluarkan yang bukan bagian dari dia. Itu juga yang menjadi sebab mengapa orang berkata mendefinisikan manusia itu sangat sulit. Semua definisi tentang manusia itu akan kurang. Apakah manusia itu hanya sebatas makhluk sosial? Ataukah sekedar binatang cerdas yang menyusui? Terlalu banyak aspek kemanusiaan yang menjadikan ia tidak bisa didefinsikan dalam pengertian definisi yang benar dan menyeluruh. Begitu pun dengan agama.
Baca juga
- Sambut Haul Bapak Ke-12 : Bersihkan Hati, Bersihkan Diri
- Haul Bapak Warson ke-12: Majelis Simaan Al-Qur’an Khotimat 30 Juz Bil Hifdzi
- Road To Haul Bapak Warson ke-12, Diawali Dengan Muqoddaman 12x
Lantas apa sih agama itu? Mengapa definisinya berbeda-beda? Maka tidak usahlah kita mencari definisi ilmiah tentang agama. Mari kita kembali ke aspek bahasa, bisa jadi ia mampu menggambarkan apa itu agama. Dalam bahasa Indonesia, agama terdiri dari dua kata, ‘a’ berarti tidak dan ‘gama’ berarti kacau. Jadi, setiap kekacauan tidak direstui oleh agama apabila kita mendefinisikan agama demikian. Ada yang mengatakan bahwa agama itu pada mulanya terambil dari bahasa Indo-German, yang dari sana lahir kata “gein”, “gam”, “go”, “jalan”. Agama itu jalan. Jalan yang mengantarkan kita menuju kebahagiaan.
Ustadz Ali Yafie dalam salah satu bukunya berkata bahwa agama terambil dari bahasa Arab dengan dialek Hadramaut, اقام فلان (aqaama fulan) yang artinya dia menetap dan konsisten. Di Indonesia sendiri kita menyebutnya dengan agama, sementara di Malaysia disebut dengan ugama, dan ada pula yang menyebut dengan igama. Sedangkan di Bali, ketiga istilah tersebut dipakai tetapi mempunyai aspek yang berbeda-beda.
(Klik page 2 untuk kelanjutannya)