Sakitnya, Tuh, di Sini…

Diposting pada 45 views

Dalam salah satu lagunya, Bang Haji Rhoma Irama berkata, “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Kalau dipikir-pikir, buat apa bersakit-sakit kalau bisa langsung bersenang-senang? Eits, usut punya usut, perasaan sakit (dalam arti harfiah) itu penting untuk keberlangsungan hidup manusia, lho.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang amat unik. Bagaimana tidak, seluruh perasaan yang dirasakan oleh manusia, mulai dari emosi seperti senang, sedih, kecewa, hingga perasaan yang dirasakan oleh indera seperti manis, asam, pahit, panas, dingin, bahkan perasaan sakit itu sebenarnya tidak ada di alam. Seluruh perasaan itu sejatinya diciptakan oleh tubuh manusia itu sendiri. Dalam bahasan kali ini, kita akan membahas mengenai mengapa tubuh manusia itu mengembangkan rasa sakit? Apa sih, fungsinya rasa sakit itu?

Ternyata, perasaan sakit yang diciptakan tubuh kita berfungsi untuk keberlangsungan hidup kita, lho. Sebagai contoh, ketika kita sedang memasak mie instan di dapur, tanpa sengaja tangan kita menyentuh permukaan panci yang panas. Kejadian ini kemudian ditangkap oleh sel saraf yang ada di kulit kita karena ada perubahan atau perbedaan suhu yang cukup drastis antara permukaan yang dipegang dengan kulit kita. Sel saraf akan mengirimkan pesan tersebut ke sistem saraf pusat, yakni sumsum tulang belakang ataupun otak. Kemudian, tubuh kita akan memberikan perasaan sakit yang kemudian dengan segera memberi respon berupa kontraksi otot di tangan untuk melepaskan jari kita dari permukaan panci tersebut. Coba bayangkan seandainya manusia tidak menciptakan perasaan sakit tadi, mungkin kita akan memegang panci tersebut terus menerus hingga tangan kita melepuh, jaringannya rusak, bahkan tangan kita menjadi tidak fungsional lagi.

Baca Juga: Open Mided Tidak Sesederhana Melazimkan yang Menyimpang

Baca Juga:  Sering Lupa Akan Melakukan Atau Mengatakan Sesuatu: The Doorway Effect

Dalam dunia medis, ketidakmampuan seseorang untuk merasakan sakit merupakan salah satu syndrome langka yang disebut dengan CIP (Congenital Insensitivity to Pain). Syndrome ini juga lazim disebut dengan CIPA (Congenital Insensitivity to Pain with Anhidrosis) karena biasanya disertai dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan keringat. Berdasarkan penelitian, sebagian besar orang yang menyandang syndrome ini meninggal dunia di usianya yang masih muda. Sampai sini sudah cukup paham apa fungsi dari rasa sakit itu? Yuk, simak contoh berikut biar lebih paham.

Suatu hari, seorang penyandang CIPA sedang berwisata kuliner dan membeli berbagai jajanan kaki lima. Tanpa ia ketahui, salah satu jajanan yang ia beli ternyata tidak higienis alias jorok dalam pengolahannya sehingga ususnya infeksi karena digerogoti bakteri jahat. Sayangnya, tubuhnya tak mampu menciptakan rasa sakit sehingga tak mampu memberi sinyal yang dalam hal ini dapat berupa sakit perut. Ia jadi tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuhnya, Ia tak tahu bahwa sebenarnya tubuhnya sedang tidak baik-baik saja, sehingga ia tetap beraktifitas normal seperti biasa tanpa istirahat, makan makanan sehat, dan minum obat layaknya orang sakit sehingga akibatnya fatal. 

Bahkan, penderita CIP syndrome kebanyakan meninggal karena hal-hal yang menurut kita sepele. Seperti halnya karena mengucek mata. Ketika mereka tidur, mereka tanpa sadar mengucek matanya, lalu karena tak bisa merasakan sakit, ia akan terus menerus mengucek matanya sampai retina matanya rusak sehingga ia menjadi tak bisa melihat lagi.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa fungsi rasa sakit ialah untuk berkomunikasi dengan tubuh kita. Dia bermaksud untuk memberitahu akan adanya suatu bahaya atau ancaman di lingkungan atau tubuh kita sendiri. Dengan demikian, rasa sakit ini dibutuhkan oleh manusia agar bisa bertahan hidup di lingkungannya (survive), karena salah satu cara untuk dapat lolos seleksi alam adalah dengan meningkatkan survive ability. Jadi, jangan lupa bersyukur karena kita masih bisa merasakan sakit, ya, frenz.

Oleh: Nur Kholifah

Baca Juga:  Hijrah: Bukan Simbol Semata

Sumber: Zen Xplore oleh Azhar Fahd Al-Faridz

Foto oleh freestocks.org dari Pexels