Secara umum menulis sudah menjadi kebutuhan
tiap individu. Tuntutan akademik, profesionalitas kerja, atau bahkan untuk
sekedar membuat postingan di Instagram ataupun status WA. Semangat literasi
telah digaungkan sejak lama. Bahkan
untuk mendukung hal tersebut, ada hastag khusus untuk mendorong keaktifan
menulis, salah satunya yakni #30haribercerita.
Menulis dan membaca adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Kemampuan menulis seseorang bergantung seberapa banyak ia membaca. Apakabar literasi Indonesia? UNESCO menyebutkan Indonesia berada dari bawah soal literasi dunia. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001 %. Artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya satu yang membaca.
Bagaimana akan menulis kalau tidak banyak membaca, kawan?
Padahal kalau ditelisik lebih jauh ke belakang, ulama Indonesia memiliki karya-karya luar biasa. Dari pulau Sumatera ada Syekh Abd. Shomad al Falimbani (Palembang) mengarang kitab dengan fan ilmu tasawwuf, Hidayatus Salikin. Di tataran pulau Jawa, dari ujung barat ada Syekh Nawawi al Bantani (Banten) dengan kitab tafsirnya Marah Labid. Bergerak ke Tengah Mbah Sholeh Darat dengan tafsir Faidh al Khobir. Kamus monumental yang banyak digunakan oleh pelajar, al Munawwir adalah karangan KH. Ahmad Warson Munawwir. Ke Timur, Mbah KH. Hasyim Asy’ari juga menulis banyak kitab, Adab al ‘Alim wal Muta’allim, Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah dan muasih banyak lagi.
Ada salah satu ulama yang mendorong untuk menulis, yakni Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Kiai asal Jombang yang dikenal sebagai salah satu pendiri Nahdlatul ‘Ulama ini juga adalah pejuang kemerdekaan. Ditengah kesibukannya dalam berorganisasi, mengurus santri-santrinya (Pondok Tebuireng), beliau juga aktif menulis dan menghasilkan banyak karya. Mbah Hasyim Asy’ari dalam kitabnyaAdab al ‘Alim wal Muta’allim memberikan tips-tips menulis.
Mbah Hasyim, dalam awal tulisannya tentang anjuran menulis menukil perkataan Khatib al Baghdady ‘Menulis dapat memperteguh hafalan, mencerdaskan hati, mempertajam pikiran,menguasai penjelasan, menghasilkan sebutan yang bagus, pahala yang agung dan karya yang akan terkenang sepanjang masa”. Tips-tips menulis ini tertuang dalam bab kelima tentang tata krama seorang guru terhadap dirinya sendiri. Penulis akan mencoba menguraikan sedikit tips-tips dari Mbah Hasyim. Apa saja?
- Menulis untuk sesuatu yang manfaatnya dapat dirasakan secara merata.
Menulis adalah menuangkan isi pikiran agar dapat dinikmati dan dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Dari segi penyampaian, seorang penulis sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua orang. Menggunakan bahasa yang ndakik-ndakik tidak dianjurkan.
- Kebutuhan yang banyak terhadap tulisan tersebut.
Problematika zaman terus bergeser. Sangat baik apabila tulisan tersebut hadir untuk membahas ataupun menjawab tantangan zaman yang sangat beragam.
- Penjelasannya tidak terlalu panjang dan membosankan.
Menulis harus focus pada apa yang akan dikaji. Pembahasan yang terlalu meluas akan menyebabkan tulisan menjadi bertele-tele dan membosankan.
- Tidak terlalu ringkas yang menyebabkan berkurangnya keterangan yang dibutuhkan.
Seperti yang sudah disebutkan, menulis bergantung dari aktivitas membaca. Tulisan kita adalah hasil refleksi kita atas suatu bacaan. Selain itu, menulis membutuhkan sumber bacaan yang banyak agar tulisan tersebut dapat seimbang dari berbagai sisi.
- Mengkoreksi terlebih dahulu secara berulang-ulang sebelum dipublish.
Sebelum dipublikasikan, hendaknya tulisan tersebut dikoreksi berulang-ulang agar terhindar dari kesalahan. Diedit berkali-kali agar semakin enak dibaca. Jangan lupa, seorang penulis sebaiknya tidak mendukung suatu golongan sehingga tulisannya ramah bagi semua pembaca.
Meskipun tips menulis ala Mbah Hasyim ini dituangkan dalam bab tata krama seorang guru kepada dirinya sendiri, akan tetapi menurut penulis tips ini bisa berlaku bagi penulis secara umum. Saat ini, aktivitas menulis bukan hanya dilakukan oleh seorang guru. Akan tetapi, setiap orang yang memiliki passion dalam suatu bidang tertentu bisa menuangkan pikirannya lewat tulisan. Jadi tunggu apalagi, yok semangat nulis!
Sumber : www.kominfo.go.id
Kitab adab al ‘alim wal muta’allim hlm. 69-70
–
Oleh : Ma’unatul Ashfia
Foto: Green Chameleon