Suara burung berkicau, pertanda hari sudah pagi dan pada saat itu juga seorang gadis tengah bangun dari mimpi yang sangat melelahkan, entah mimpi itu buruk atau pun sebaliknya. Kemudian gadis itu melakukan pekerjaan sehari-harinya.
“Sudah bangun?”
“Iya”
“Ada apa?”, tanya salah satu kawannya.
“Haruskah aku tertidur sepanjang hari agar aku mengalami hari yang indah?”, jawab gadis itu.
“Apakah kamu belum bangun dari tidurmu apa yang sedang kamu bicarakan?”
Tak ada jawaban dari gadis itu dan gadis itu langsung pergi mandi kemudian melakukan aktivitas seperti biasanya. Dia sedang memikirkan haruskah aku berhenti atau tidak dalam situasi seperti ini. Kadang berhenti adalah jawabannya ataupun sebaliknya, karna dia tau mimpi itu tidak akan terjadi melainkan mimpi yang indah itu akan hilang dengan sendirinya tanpa ia sadari.
“Ra”, nama teman gadis itu
“Iya”
“Mau pergi dari sini?”
“Kemana”
“Mau atau tidak?!!”
“Baiklah”
Baca juga
- Santri Memanggil: Santri Bergerak Seruan Aksi Damai
- SANTRI PUTRI MENDUNIA
- Puncak Harlah Komplek Q Ke-35
- Bersama Lora Ismael Al-Kholilie: Santri Masa Kini Masih Kurang Literasi, Jangan Ya Dek Ya!
- Ngalap Berkah: Sambung Silaturahmi Komplek Q Yogyakarta dan PTYQ Menawan Kudus
(Mereka sedang menuju atap rumah)
“Mengapa mengajakku kesini?”, tanya Rara pada gadis itu.
“Kamu tau saat kamu sedang sedih aku menyuruhmu untuk ke sini, apakah kamu lupa?”
“Tidak”, jawab Rara.
“Lantas, kenapa kamu seperti ingin membunuhku saat aku membawamu kesini?”, tanya gadis itu.
“Entahlah”
“Aku ingin seperti air yang berguna untuk orang lain dan sangat berharga lagi apabila air itu sudah tidak lagi disini”
“Apa yang sedang kamu bicarakan?”
“Kamu kenal?”, memberikan ponselnya kepada Rara
” Iya, dia ibumu, kenapa?”
“Ibuku pernah berkata ‘menangis lah seperlunya dan bangkitlah setelah menangis. Anggap saja air mata yang kamu keluarkan itu adalah luka yang sedang kamu keluarkan agar luka tersebut tidak membekas di hidupmu”
“Aku tau kenapa kamu seperti ini?”, kata Rara
“Seperti itulah kehidupan “
“Biarkan aku memelukmu, sepertinya aku merindukanmu” sambil memegangi tangan dan menepuk pundak gadis itu Rara pun Ikut merasakannya.
“Hahahaha”, gadis itu tertawa
“Apa yang kamu lakukan?”, tanya gadis itu.
“Aku tau kamu ingin menjadi ibumu, yang kuat dan saat dia terluka dia hanya bisa bertahan dan yakin pasti akan ada hari yang indah yang menantikan nya”
” Iya, kamu benar”
“Sudahlah ayo kita turun”, kata Rara
“Baiklah, ayo!”
(Klik page 2 untuk kelanjutannya)