KH. Ahmad Warson Munawwir, sang penulis kamus Al-Munawwir yang sudah terkenal sampai mancanegara. Beliau merupakan salah satu putra dari mahaguru Qur’an KH. Muhammad Munawwir, yang mendirikan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.
Sejak kecil beliau dididik ilmu agama oleh ayahnya dan KH. Ali Maksum, kakak ipar beliau. Kemudian setelah KH. Muhammad Munawwir wafat, beliau sepenuhnya dididik oleh KH. Ali Maksum. Karena Kiai Warson masih kecil dan naluri bermain sangat tinggi, maka dibutuhkan penanganan ekstra. Terkadang Kiai Ali sampai mengikat beliau ke tiang agar mau belajar serius. Karena intensifnya interaksi antara keduanya baik dalam hal belajar maupun kehidupan sehari-hari, maka Kiai Warson tidak hanya mewarisi keilmuan Kiai Ali tapi juga karakternya. Kiai Ali lebih dari sekedar guru tapi murabbi-ruhi, pembentuk karakter Kiai Warson.
Dalam usia yang masih belia Kiai Warson sudah menguasai ilmu alat atau bahasa Arab, bahkan pada usia 11 tahun beliau sudah mengajar syarah Alfiyah Ibnu ‘Aqil, kemudian mengajarkannya kepada para santri Pondok Pesantren Krapyak pada waktu itu. Salah satu yang pernah diajar Kiai Warson adalah KH. Wahab dari Solo.
Kiai Warson merintis kamus Al-Munawwir juga atas perintah Kiai Ali. Penyusunan kamus juga tidak lepas dari bimbingan Kiai Ali. Bisa dikatakan, kamus al-Munawwir adalah personifikasi keduanya. Ia merupakan perwujudan kristalisasi ilmu bahasa Arab Kiai Warson yang didapat dari gemblengan seorang “Munjid berjalan”, Kiai Ali.
Kamus al-Munawwir dicetak pertama kali dengan tulisan tangan pada tahun 1973 dan baru sampai huruf “dzal”. Kemudian edisi kedua telah dicetak sebanyak 22 kali sejak terbit tahun 1997.
Penyusunan kamus Al-Munawwir pasti membutuhkan kemampuan yang mumpuni dibidang bahasa. Dan Kiai Warson telah digembleng dalam waktu yang lama oleh Kiai Ali. Menurut KH. Munawwir A.F. kesuksesan Kiai Warson menjadi seorang ‘alim yang berhasil menelurkan kamus sekelas Al-Munawwir difaktori oleh tiga hal. Pertama, adanya semangat tinggi. Kedua, adanya kesempatan, yaitu adanya usia muda dan fasilitas yang cukup dalam menulis kamus secara intensif dengan disediakannya kamar pribadi. Ketiga, ibarat permainan sepak bola, suksesnya Kiai Warson menjadi “pemain bintang” juga dibentuk oleh “pelatih” yang mumpuni, yaitu KH. Ali Maksum.
Oleh: Maulinnayla
Sumber: Buku Jejak Sang Pionir Kamus Al-Munawwir K.H. A. Warson Munawwir
Photo by almunawwirkomplekq.com