Sebagian besar masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing dengan kisah Nabi Yusuf as. Keelokan paras, kesabaran dalam menghadapi saudara-saudaranya yang iri dengannya, hingga kisahnya bersama Zulaikha sudah banyak membekas di pikiran masyarakat.
Salah satu peristiwa yang dialami oleh Nabi Yusuf as. yaitu ketika dikeluarkannya Nabi Yusuf as. dari sumur setelah ia diceburkan oleh saudara-saudaranya yang iri dengannya, terjadi pada bulan Muharram. Dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 19-22, ia ditemukan oleh seorang musafir yang hendak menuju Mesir dan ingin menambah persediaan air, lantas musafir tersebut menyuruh pengambil air untuk menurunkan timbanya ke sumur dan Nabi Yusuf as. bergantung padanya. Saat itulah Nabi Yusuf as. keluar dari sumur dan diperdagangkan dengan harga murah yang kemudian dibeli oleh Raja Mesir. Bersamanyalah Nabi Yusuf as. diberikan penghidupan yang layak berupa kekuasaan menjadi bendahara Mesir dan ilmu takwil mimpi yang sangat baik.
Raja Mesir mengangkat Nabi Yusuf as. menjadi bendahara negara tidak lain karena kepandaiannya dalam mengatur harta dan kebutuhan negara, terutama ketika krisis ekonomi dan pangan pada musim kemarau yang menimpa Mesir kala itu. Dalam hal ini, strategi yang dilakukan oleh Nabi Yusuf as. sangat menyejahterakan banyak orang.
Jika peristiwa tersebut dikaitkan dengan kondisi saat ini, terutama di Indonesia, krisis ekonomi selalu menjadi kekhawatiran pemerintah. Pada September 2019 lalu, kabar mengenai ancaman krisis ekonomi global telah menjadi bahasan dalam rapat terbatas pemerintah Indonesia, bahkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan adanya risiko resesi (menurun bahkan terhentinya kegiatan industri perdagangan) yang dapat menimbulkan banyaknya pengangguran. Pada awal tahun 2020, adanya pandemi yang sebarannya telah mencakup seluruh dunia menambah tingginya risiko krisis yang bahkan beberapa industri telah mengalami dampaknya.
Jika kisah dari Nabi Yusuf as dapat kita teladani dengan baik, maka ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi di tengah wabah, kepanikan tidak perlu terjadi pada masyarakat, justru sikap antisipatif harus lebih ditekankan dan diimbangi dengan strategi yang konkret.
Allah SWT telah memberikan fasilitas berupa kecerdasan agar manusia dapat mendeteksi dini sinyal-sinyal yang diberikan oleh-Nya. Dengan kemampuan deteksi yang kuat, kita dapat dengan siap menerima ancaman dan sigap melakukan antisipasi terhadap krisis apapun yang akan menimpa kita. Melalui kisah Nabi Yusuf as., kita diajarkan untuk pecus dalam mengelola segala kekayaan yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita semua untuk generasi mendatang yang lebih membanggakan. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Oleh: Fitria NFO
Sumber:
- al-Quddus al-Qur’an Terjemah
- https://youtu.be/DXhZz2broIE KH. Maimoen Zubair-Penjelasan: Surat Yusuf
- https://bisnis.tempo.co/read/1243726/ibaratkan-resesi-ekonomi-seperti-hujan-jokowi-kita-butuh-payung
- https://tirto.id/resesi-ekonomi-ri-1998-mungkinkah-terulang-pada-2020-fYxT
Foto: okezone.com