Ahad (12/06/2022) Jam’iyyah Mudarasatil Qur’an lil Hafizah (JMQH) DIY gelar acara silaturrahim. Acara kali ini bertempat di Musala Barat PP Al-Munawwir Komplek Q. Jam’iyyah Mudarasatil Qur’an lil Hafizah (JMQH) ini merupakan majelis rutinan yang diadakan setiap 3 bulan sekali di setiap wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat ukhuwah silaturrahim serta untuk muroja’ah kembali hafalan Al-Qur’an para Hafidzah.
Pada pukul 09.00 WIB para jemaah melakukan simakan al-Qur’an bil hifzi 3 juz (16,17,18). Barulah pada pukul 10.50 WIB rangkaian acara dimulai dengan dipandu oleh ananda Bilqis (santriwati komplek Q) sebagai pembawa acara. Acara pertama pembukaan yang dilanjutkan dengan pembacaan Tahlil yang dipimpin oleh bapak KH. Zaki Muhammad Hasbullah, Lc dan pembacaan doa oleh ibu Nyai Hj. Nafisah. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pembacaan salawat oleh santriwati tahfiz PP Al-Munawwir Komplek Q.
Usai pembacaan salawat Nisyan, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh KH. Kholid Arif Rozaq, sambutan kedua oleh ibu Nyai. Hj. Neli Umi Halimah selaku Ketua Jam’iyyah Mudarasatil Qur’an Lil Hafizhah (JMQH) DIY dan kemudian disusul sambutan oleh Ibu Nyai Hj. Fatma Zuhratunnisa selaku Ketua Jam’iyyah Mudarasatil Qur’an Lil Hafizhah (JMQH) Kota Yogyakarta.
“Saya bisa menjadi ketua dari jam’iyyah ini bukan karena kepintaran dan kecerdasan tetapi karena saya manut, patuh dan sopan santun kepada para masyayikh,” dawuh ibu Nyai Hj. Neli.
Tersirat makna bahwa setiap manusia tidak hanya bisa dilihat dan diandalkan melalui kepintaran, kecerdasan dan juga keunggulan fisik. Akan tetapi, dari sifat dan sikapnya bertawadhu’ kepada orang-orang yang telah mengajarkan banyak hal.
Usai sambutan, acara dilanjut dengan Mauizah Hasanah oleh KH. Zaki Muhammad Hasbullah, Lc. Dalam sambutannya, Kiai Zaki menyampaikan beberapa pesan tentang Al-Qur’an.
“Sopo wonge sing moco al-qur’an saben hurufe iku termasuk hasanah” (Barang siapa yang membaca al-qur’an setiap hurufnya adalah hasanah (kabaikan pahala)).
Hal itu merupakan satu sisi luar biasa dari al-Qur’an. Selain itu, seorang pembaca al-Qur’an yang benar-benar ahlul qur’an mereka termasuk dari 2 keluarga Allah, yaitu wali dan pasukan khusus Allah SWT. Dalam hal tersebut, bukan berarti setiap orang yang membaca dan menghafal al-qur’an termasuk ahlul qur’an, tetapi siapapun yang membaca dan mengahafal al-Qur’an dengan mengerti al-quran hingga makna-maknanya.
“Bukan kita yang menyibukkan diri dengan al-Qur’an tetapi al-Qur’an-lah yang menyibukkan kita,” tambah Kiai Zaki.
Al-Qur’an diturunkan bukan kepada manusia biasa, melainkan kepada Rasulullah Muhammad saw. yang kemudian dari Rasulullah Muhammad saw. kepadaumat manusia untuk mengamalkan isi al-Qur’an. Mengapa demikian? Karena Rasulullah sebagai filterisasi al-Quran yang kuat bagi manusia. Jikalau al-qur’an langung turun kepada kita, tidaklah kita kuat dan bisa/masih bingung akan isi dari al-Quran.
“Sopo wonge sing moco qur’an iku bakale iso naik ning tingkat kenabian” (Barang siapa yang membaca al-qur’an, itu nantinya bisa naik hingga ketingkat kenabian).
Hal ini bisa disebut dengan Istidraj, yaitu hal luar biasa yang terjadi pada orang biasa. Oleh karena itu kita harus waspada terhadap orang yang istidraj karena mereka termasuk dalam beberapa orang yang mendapat hal luar biasa dari Allah SWT.
Kategori keistimewaan dari Allah SWT:
Istidraj : hal luar biasa yang terjadi pada orang biasa
Mukjizat : hal luar biasa yang terjadi pada seorang Rasul Allah
Karamah : hal luar biasa yang terjadi pada seorang wali Allah
Irhas : hal luar biasa yang terjadi pada seorang yang belum menjadi Rasul
Maunah : hal luar biasa yang terjadi pada orang mukmin yang sedang dalam kesulitan
Dalam ceramahnya, Kiai Zaki menyampaikan bahwa menurut pendapat beberapa ulama al-Qur’an tidak akan bisa dipegang kecuali oleh para orang yang suci. Keutamaan membaca al-Qur’an yang paling baik adalah dibaca ketika sholat. Al-Qur’an itu dimudahkan dalam dzikir, karena ketika untuk membaca, menghafal itu terasa berat. Akan tetapi, kalau diniatkan membaca al-Quran untuk dzikir kepada Allah, insyaallah itu akan mudah.
Setelah semua sesi acara telaksana, acara ditutup dengan musafahah (saling bersalaman) dan foto bersama para jemaah. Hikmah yang bisa diambil dalam majelis ini adalah kita bisa mendapat segala pelajaran bukan sekedar dari diri sendiri, tapi juga dari dan karena orang lain yang berada disekitar kita. Adanya kebersamaan bisa menciptakan ukhuwah yang baik dan bersama-sama kembali dalam melantunkan ayat-ayat al-qur’an. Jazakumullaha Khairan…
Reporter : Zia Zahra
Editor : Hab
Foto : Dokumentasi Pribadi