Singgah atau pulang? Iya, itu adalah sebuah kedilemaan santri Krapyak khususnya Komplek Q akhir-akhir ini. Suatu kejadian yang diluar prediksi umat manusia. Penyebaran wabah yang semakin lama semakin bertambah jumlah korbannya telah membuat para pengasuh dan pengurus dilema akan bagaimana cara mengondisikan para santri, terlebih lagi banyak santri yang masih sering keluar masuk dengan berbagai macam bentuk perizinan setelah peringatan untuk tetap stay di pondok diluncurkan. Sehingga antara pengurus dan pengasuh tak henti-hentinya mengadakan pertemuan atau rapat sampai dua hal tersebut diputuskan.
Sebenarnya dua kata, singgah atau pulang, ini sangat simpel jika dilihat secara dhohir. Hanya saja maknanya yang membuat kita dilema, jika kita pulang bulan Maret ini berarti kita akan selamanya di rumah hingga tanggal 10 Syawal, jika kita memilih tetap singgah di pondok berarti kita akan di pondok juga sampai 10 Syawal. Pikiran mbak-mbak santri melambai-lambai ke dasar angan-angan yang sangat dalam, diantaranya “nek aku pulang, ngajiku kepiye? Dirumah meh ngopo selama 3 bulan iku? (yang susah signal) Kuliahku kepiye? Ramadhanku kepiye selama sebulan penuh tanpa PKR-an? Nek aku tetep di pondok, hari rayaku kepiye nek tanpa keluarga? Ramadhan akhir juga nggk ngrasain buka dan sahur sama keluarga? Terus nek nggak pulang bosen nggak ya? Jenuh nggak ya di pondok tanpa keluar-keluar sama sekali?” dan pada intinya semua penuh kata “kepiye”. Itulah sekelumit kalimat dan berbagai macam pertanyaan yang telah menghantui mbak-mbak santri selama dua hari setelah keputusan diluncurkan. Bahkan ada yang sampai tidak bisa tidur gara-gara memikirkan hal tersebut.
Ada salah satu santri berkata bijak seperti ini, “Dua keputusan antara singgah dan pulang itu yang menentukan adalah pengasuh langsung bukan hanya pengurus, jadi insyaAllah dua-duanya baik. Asal yang pulang tetap mematuhi pesan-pesan yang disampaikan pengasuh.” Mbak, semua pilihan kita pasti ada konsekuensinya masing-masing. Sampai pengasuh pun juga memikirkan bagaimana dengan penambahan setoran santri tahfiz yang mengejar khataman tahun depan, sehingga Beliau tetap mengadakan setoran berbasis daring untuk para santrinya yang pulang dengan setoran kepada mbak-mbak badal.
So, jangan terlalu kepikiran dan larut dalam dilema terus-terusan harus dibawa happy, yang pasti diawal-awal ketika sudah selesai memilih akan merasa kecewa dengan piihannya tapi itu wajar asal tidak berlarut-larut. Saling menjaga, memahami, peduli keadaan dan tetap istiqomah dengan apa yang sudah di-ikhtiarkan.
—
Oleh: Rohma Nazahatus Sima