Menjadi jiwa manusia yang sempurna itu tidak bisa dengan mengukurnya semata. Yang dimaksud sempurna ialah ketika seseorang mengetahui bagaimana ia harus bertindak dengan tata susila yang benar dan tidak menyalahi aturan dan tetap mentaati rambu-rambu agama yang telah ada. Maka dari itu, manusia bisa melakukan suatu hal untuk mencapai kesempurnaan (insan al-kamil) sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para kaum sufi terdahulu.
Pertama, takhalli
تَخَلِّى berasal dari kata تَخَلَّى-يَتَخَلَّى-تَخَلِّيًا yang artinya mengosongkan. Maksudnya mengosongkan hati dari sifat-sifat tercela, misalnya sombong, iri hati, benci, hasud, terlalu cinta pada dunia (hubbud dunya), dan sebagainya. Sifat tersebut harus dikosongkan karena menjadi tabir penghalang bagi kita untuk lebih memesrai dan mencintai Allah SWT.
Takhalli diibaratkan sebotol bir yang awal mulanya terisi penuh oleh bir kemudian membuang isi tersebut hingga kosong sampai tidak tersisa sedikitpun bir itu.
Yang kedua, tahalli
تَحَلِّى berasal dari kata تَحَلَّى-يَتَحَلَّى-تَحَلِّيًا yang artinya menghiasi. Maksudnya setiap manusia tidak hanya menghias fisiknya saja, tetapi juga harus menghias dirinya dengan perbuatan terpuji, misalnya mencintai sesama tanpa membedakan, qona’ah, sabar, dan sebagainya. Sehingga keindahan jiwalah yang dapat mengantarkan pada manusia menuju keindahan yang hakiki, yaitu perjumpaan hamba kepada sang Maha Indah.
Tahalli diibaratkan sebotol bir yang telah kosong kemudian diisi dengan teh tanpa tercampur dengan bir. Meskipun botol tersebut merknya bir tetapi isinya teh, teh tersebut hukumnya tetap halal karena tidak terkontaminasi adanya bir tersebut.
Yang ketiga, tajalli
تَجَلِّى berasal dari kata تَجَلَّى-يَتَجَلَّى-تَجَلِّيًا yang artinya menampakkan. Maksudnya menampakkan sifat-sifat terpuji ilahiyyah atau mengarahkan sejauh mata memandang kepada Sang Ilahi, baik keindahan, kasih sayang, kemuliaan, kekuasaan, dan seterusnya yang muaranya pada ihsan. Kemudian mengarahkan segala fokusnya, yaitu hanya dari, untuk, dan kepada Allahlah kehidupan yang sebenar-benarnya. Karena merasa dievaluasi oleh Allah SWT. dan adanya controlling dari Allah SWT.
Tajalli diibaratkan teh yang telah terisi didalam botol bir kemudian dituangkan ke dalam cangkir yang cantik dan unik agar kita bisa menikmati sajian teh tersebut. Sehingga bisa jadi awal mula teh tersebut biasa-biasa saja di dalam botol, tetapi setelah dituang kedalam cangkir memiliki harga yang tinggi.
Disarikan dari Kitab Tanwirul Qulub; oleh Ustaz Maulidi
—
Oleh: Fina Izzatul Muna
—
Foto: Aliko Sunawang di Unsplash